Aku terjaga saat mendengar bunyi gaduh. Tanganku langsung meraba-raba. Kosong. Mas Rasya sudah tak ada. Padahal saat aku membuka mata jam tiga tadi, aku masih berada dalam dekapannya. Harum rempah-rempah dan sengit cabai yang tajam menusuk hidung membuatku bersin berkali-kali. Aku segera bangkit, melangkah pelan menuju ke arah Mas Rasya yang tengah mencuci ikan. Ada banyak ikan mujair dalam baskom ukuran besar. "Mas Rasya masak?" Tanyaku sambil memeluknya dari belakang. Mengecup bahunya. Mas Rasya hanya mengenakan kaus dalam putih. Mas Rasya menoleh sekilas. "Ish, kamu. Jam segini baru bangun. Dari tadi dibangunin suruh salat tidak bangun-bangun." "Aku kan lagi gak salat, Mas. Masa Mas Rasya lupa semalam ada yang minta gak aku ka-sih, siih." "CK ck. Mana ada cewek jam segini baru bang

