“Arkh! Kurang ajar! Semua ini pasti ulahnya! Ulah Aria!” teriak Marisa kemudian menyapu apa saja yang berada di atas meja riasnnya. Ia masih marah atas kejadian di mana pesta pernikahannya kacau karena kebakaran yang terjadi. Meski begitu, harusnya ia bersyukur kebakaran itu bisa segera ditangani tanpa menimbulkan korban jiwa atau masalah yang lebih serius. “Harusnya kita melenyapkan saja dari dulu.” Gian keluar dari kamar mandi dengan wajah masam. Ia juga kesal dan marah sebab kejadian semalam telah merusak segalanya termasuk rambutnya. Ia bahkan masih merasakan perih pada kulit kepala yang terkena tetesan dekorasi di atas kepalanya yang terbakar. Tuduhan Marisa sama sekali tidak meleset. Memang Aria lah yang telah mengatur semuanya sedemikian rupa seakan-akan apa yang terjadi murni ke

