“Mau lagi?” tanyaku seraya terkekeh. Lucu sih melihat Peony menyapu sisa hummus di piring. “Ngga, Bapak. Gatel aja ini tangan,” tanggapnya. Semua menu yang kami pesan tandas tak bersisa. Aku kemudian mengajaknya meninggalkan restoran. Usai membayar tagihan, kami berjalan menuju Auckland Art Gallery. Peony nampak antusias, langkahnya begitu ringan. Sesekali ia berlari kecil mendahuluiku, mengajak berinteraksi dengan riangnya, atau berhenti dan berpose — isyarat agar aku mengangkat kameraku. Selebihnya, aku berjalan santai di belakang, memerhatikan setiap gerak-geriknya. Tiba di galeri, kami disambut oleh ruangan luas dengan dinding putih bersih yang menampilkan berbagai lukisan dan instalasi seni. Peony membawa langkahnya menuju sebuah karya seni kontemporer yang dipajang di depan pintu