Mendengar makian sang istri, refleks Deni pun tergerak, ia gegas menyelinap di antara Lia dan Dzaki, memposisikan diri sebagai tameng karena khawatir Dzaki balas memukul. Namun, begitu Dzaki tersadar dari kebekuannya, tak ada yang ia lakukan selain memandang Deni dengan … kecewa? “Anda kehilangan putri kesayangan Anda, saya kehilangan kakak dan ibu saya – dua perempuan yang sangat menyayangi saya, bahkan ayah saya membenci saya … dan istri saya kehilangan ayahnya. Kalau Anda hanya ingin mengeluhkan kesialan di hidup Anda, tunda dulu, tunggu Anda mati dan adukan pada yg membuat kemalangan itu terjadi. Sekalipun Anda membunuh saya dan istri saya sekarang, Anda tidak akan mendapatkan apa pun!” tutur Deni. Nada suaranya begitu tenang, nihil amarah. Sungguh ia begitu lelah menghadapi perangai