Hari kedelapan perawatan, Dzaki meminta pulang. Sebenarnya agak memaksa karena ia bersikeras ingin mengantar Deni dan Lia ke bandara untuk melanjutkan perjalanan mereka. Siapa pun yang bicara, tak ada yang bisa menggoyahkan tekadnya. Dan akhirnya, Denilah yang maju untuk bernegosiasi. Jalan tengahnya, Dzaki akan kembali ke rumah sakit setelah keberangkatan anak dan menantunya. “Papa nurut apa yang dibilang Dokter ya?” ujar Deni, sungguh serius. Kedua matanya menatap Dzaki khawatir. “Iya,” jawab Dzaki. “Jangan keras kepala, apalagi ngeyel.” “Oke.” “Deni bakal telpon Mom tiap hari, mantau kondisi Papa!” “Telpon Papa langsung aja.” “Nanti dibohongin. Bilang ngga apa-apa taunya malah pingsan,” sindir Deni. Dzaki mendengus keras. Sepertinya nasib tengah berbalik. Biasanya ia yang hobi m