Tak lama setelahnya petugas kepolisian datang untuk mengurai kemacetan akibat kecelakaan. Begitu juga dengan tim medis yang segera didatangkan mengingat banyaknya korban saat ini.
"Singkirkan badan bus itu setelah semua penumpang keluar." ucap petugas kepolisian pada tim derek yang juga didatangkan.
Kondisi bus yang melintang di tengah jalan menutup total akses jalan yang mengakibatkan kemacetan semakin bertambah parah.
Di sisi lain petugas medis kewalahan dengan banyaknya korban saat ini.
"Kondisi korban masih bernyawa. Bawa segera ke rumah sakit." ucap seorang petugas medis pada timnya setelah sebelumnya mengevakuasi banyak korban meninggal.
Ada 35 orang korban meninggal, 40 korban luka parah, 60 korban luka ringan. Itupun belum semuanya teridentifikasi dan kemungkinan akan bertambah lagi jumlah korbannya.
Seorang petugas medis kemudian melihat mobil Giselle yang hancur bagian kaca depannya.
"Apakah penumpang ini masih hidup ?" ucap salah satu petugas medis yang berhenti di samping mobil Giselle saat mereka akan mengevakuasi korban lainnya.
Seorang petugas medis lainnya segera memeriksa kondisi Giselle.
"Dia masih hidup dan pingsan meskipun kondisinya parah."
"Jika begitu kita harus mengeluarkannya sekarang."
Petugas medis itu memanggil timnya dan bekerja sama untuk mengeluarkan Giselle dari mobil.
Setelah satu jam lamanya akhirnya mereka pun berhasil mengevakuasi Giselle dengan menarik besi dari kedua matanya dengan super hati-hati, mengingat banyak saraf penting di bagian itu yang tak hanya terhubung pada organ mata saja tapi pada organ lainnya.
"Bawa gadis ini segera ke rumah sakit agar cepat mendapatkan pertolongan." ucap tim medis pada rekannya.
Maka Giselle pun segera dilarikan ke rumah sakit bersama para korban lainnya.
Tiga jam setelahnya barulah kemacetan di kawasan itu terurai dan jalanan tak lagi padat merayap seperti sebelumnya.
Petugas medis membawa ke beberapa rumah sakit terdekat.
Di sebuah rumah sakit, Giselle langsung masuk ke ruang ICU karena kondisi matanya yang parah serta banyak darah yang keluar.
Tak hanya satu dokter saja yang menanganinya saat itu namun ada 7 orang dokter spesialis di ruangan itu yang merawat Giselle.
Tiga jam kemudian barulah dokter selesai menangani Giselle.
"Hubungi segera keluarga dari pasien ini." ucap dokter pada perawat dengan melepas masker yang di kenakannya saat itu.
"Baik, dokter." jawab petugas medis singkat.
Tak lama kemudian dokter segera keluar dari ruangan itu dan memeriksa pasien lainnya dan juga membutuhkan pertolongan dari mereka.
Seorang perawat kemudian mencoba menghubungi nomor keluarga Giselle setelah mendapatkan datanya.
Fernando dan Irina, orang tua Giselle saat itu sedang dalam perjalanan pulang setelah menghadiri acara pernikahan saudara di luar kota.
"Ponselmu berdering." ucap Irina sembari menunjuk ponsel yang menyembul dari saku baju suaminya.
"Aku sedang sibuk menyetir. Bisakah kau ambil saja ponselku dan angkat teleponnya ?" balas Fernando tanpa menoleh menatap ke arah istrinya.
Jalanan saat itu ramai dan kondisi pria itu mengantuk setelah semalam kurang tidur akibat menjamu para tamu undangan yang hadir di pesta pernikahan saudaranya.
Irina mengambil ponsel dari saku baju Fernando.
"Nomor tak dikenal," ucapnya memberitahu sekaligus meminta pendapat.
"Angkat saja mungkin telepon penting," desak Fernando.
Karena banyaknya klien maka tak semua nomor bisa disimpan.
Irina pun akhirnya mengangkat telepon itu sesuai dengan permintaan suaminya.
"Halo, apakah benar ini keluarga nona Gyselle Illyssa?"
"Ya, benar. Maaf ini dari mana ?"
Irina sontak saja terkejut karena yang menelepon itu bukannya mencari suaminya, namun malah mencari putrinya.
"Ini dari rumah sakit, nyonya. Kami mau mengabarkan jika nona Giselle saat ini sedang dirawat di rumah sakit Medica karena sebuah kecelakaan."
Irina semakin terkejut saja mendengar kabar itu.
"Ada apa sayang, siapa yang telepon? Kenapa kau tampak panik begitu ?"
Fernando jadi penasaran dengan ekspresi muka istrinya yang kini berubah menjadi cemas.
Irina tak menjawab dan kembali bicara dengan petugas medis yang menelepon.
"Bagaimana kondisinya ?"
"Maaf nyonya pasien masih ada di ruang ICU. Sebaiknya anda datang kembali untuk memastikannya sendiri."
"Baik, terima kasih informasinya."
Irina menaruh benda pipih itu kembali ke saku baju suaminya setelah panggilan berakhir.
"Fernando sekarang kita pergi ke rumah sakit Medica, cepat." pintanya tanpa menjelaskan alasannya.
"Siapa yang sedang terluka dan sedang dirawat di rumah sakit ?"
"Giselle. Giselle kecelakaan dan saat ini ada di ruang ICU."
"Apa ? Bagaimana itu mungkin ?"
Kali ini ganti Fernando yang terkejut setengah mati. Setelah sebelumnya ia membaca pesan yang masuk dari putrinya itu dan sempat merasa bersalah. Terlebih ia sengaja tak membalas pesan putrinya itu agar masalah tidak semakin meruncing karena sebuah kesalahan.
"Cepat, cepat tambah kecepatan agar segera sampai di Rumah Sakit Medica." ucap Irina tak sabar dan ingin segera sampai ke sana, untuk melihat kondisi putrinya.
Mereka berdua kemudian tak bicara sepatah kata pun dan hanya kecemasan yang kini terlihat di wajah mereka.
Hingga mobil mereka tiba di rumah sakit yang dituju. Mereka berdua segera menuju ke ruang ICU.
"Giselle...” panggil Fernando lemas seketika. Kedua kakinya terasa lumpuh seketika saat melihat putrinya tergolek dengan perban yang menutupi kedua matanya. Pikiran buruk sudah menghampirinya.
Saat itu Giselle masih tak sadarkan diri dan belum keluar dari fase kritis.
"Anda keluarga pasien?" tanya seorang petugas medis.
Ia pun lalu menghampiri Fernando yang berdiri dan berjalan dibantu oleh Irina.
"Bagaimana keadaan putri kami?" kali ini yang bertanya Irina bukan Fernando.
Petugas medis yang ada di sana memperlihatkan raut muka tertekuk, membuat Fernando dan Irina semakin takut saja mengetahui hasilnya.
“Nyonya dan Tuan, maaf. Kami sudah berusaha sebaik mungkin namun kami juga manusia biasa yang punya keterbatasan. Kedua mata pasien buta dan harus mendapatkan cangkok mata untuk bisa melihat kembali," jelas dokter ikut merasa sedih dengan apa yang menimpa Giselle.
Baik Irina dan Fernando sama-sama terlihat pucat pasi mendengar penjelasan dari dokter. Bahkan tas yang di bawah Irina sampai terjatuh ke lantai begitu saja karena tubuhnya tergoncang hebat.
“Maaf, kami harus memeriksa pasien lain." ucap dokter.
"Baik, terima kasih." ucap Fernando masih dengan mimik syok beratnya.
Setelah kepergian dokter dan petugas medis, Irina dan Fernando lalu menghampiri Giselle.
Seketika tangis Irina tumpah melihat kondisi putrinya seperti itu. Meski tak ada luka di bagian tubuh lainnya namun penglihatan Gisele kini hilang.
"Bagaimana dia akan menikah nanti?" pekik Fernando.
Pria itu juga ikut menitikan air mata tanpa disadarinya.
"Semua ini salahku." ucapnya lagi. Fernando memukul dadanya yang terasa sesak.
Seandainya saja saat itu dirinya tak menghadiri acara pernikahan saudaranya atau setidaknya dia mengaktifkan ponselnya maka semua ini tak akan terjadi.