Insiden ciuman yang membuat Garran nyaris mendorong tubuh Rinjani dengan begitu kuat, hanya saja ia masih memiliki sedikit toleransi, dalam keadaan marah sekalipun, Garran tidak ingin mencelakai wanita yang pernah menjadi bagian penting di hidupnya. Ia pernah menaruh Rinjani di hatinya, satu ruang penuh. Tidak ada wanita lain, hanya dia satu-satunya. Sampai suatu hari Rinjani meminta putus, pergi begitu saja meninggalkan Garran dalam keadaan patah hati. “Jangan lakukan itu lagi!” Garran menatap tajam ke arah Rinjani. “Aku tahu kamu hanya kecewa karena aku pergi begitu saja, hati kamu masih milik aku, Gar.” Rinjani mengusap lelehan air mata di wajahnya. “Tidak apa, jika kamu masih butuh waktu untuk memaafkan aku. Aku akan menunggu, Gar. Kamu boleh marah, tapi nggak boleh ninggali

