43

1274 Kata

Sekar baru saja menutup brankas itu, hendak mengembalikannya ke tempat semula. Namun, tangan dingin dan besar Raka lebih cepat menangkap pergelangan tangannya. Cengkeraman itu membuatnya terhenti seketika. “Mau ke mana?” suara bariton itu berat, dingin, tapi sekaligus menuntut. Sekar menoleh, memberikan tatapan dingin penuh perlawanan. Bibirnya tak bergerak, tapi matanya berbicara—ia hanya ingin menyelesaikan kecanggungan ke keakwardan ini tanpa banyak bicara dan basa-basi. Setidakmya dia sudah membantu lelaki yang sudah sah menjadi suaminya. Pandangannya melirik singkat ke arah brankas, sebuah isyarat yang jelas. “Biarkan saja,” ucap Raka rendah, namun nadanya mengikat. Seolah segala sesuatu yang Sekar lakukan pun tetap berada dalam genggamannya. “Mau apa lagi?” Sekar menyipitkan mata

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN