42

1485 Kata

Lain halnya dengan Mita yang menghabiskan pagi menjelang siangnya bersama Maven, Diajeng justru memilih untuk tetap diam dan menjaga jarak dari suaminya. Sejak membuka mata tadi pagi hingga kini mereka duduk berdampingan di dalam kabin pesawat menuju Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang—nyaris tak ada kata keluar dari bibirnya selain yang perlu. Diajeng memang meminta penerbangan pagi dengan tujuan langsung menuju kota yang tak jauh dari Batu, kota tempat ia tumbuh dan dibesarkan. Kota yang selalu berhasil membuatnya merasa pulang... bahkan ketika hatinya sendiri tak tahu harus berlabuh ke mana. “Sayang?” bisik Bhaskara lembut di telinganya, suara itu terdengar pelan namun penuh kekhawatiran. “Hm?” Diajeng menoleh sedikit, sekadar memberi isyarat ia mendengar. “Yakin kamu mau pulang ke

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN