Hening yang menguar di kamar itu pecah ketika Bhaskara menggerakkan resleting jaket kulit hitamnya, menutupi tubuh tegapnya yang siap menyusuri malam dengan tujuan yang tidak semua orang bisa terima. Ia sempat menoleh, memastikan istrinya sudah tertidur. Tapi nyatanya, nasib tak memihaknya malam ini. “Mas… kamu mau ke mana?” tanya Diajeng lirih, tapi cukup jelas untuk menampar kesadarannya. Bhaskara terdiam sejenak. Punggungnya menegang. Ia menggertakkan gigi. s**t. Seharusnya Diajeng tidak bangun. Seharusnya dia tidak tahu. Tapi kenyataan berkata lain. Ia perlahan menoleh. Senyum tipis dan manisnya tercipta secara otomatis, mencoba meredam badai yang akan datang. “Kenapa bangun, sayang? Hem?” Bisiknya pelan seraya mendekat. Ia mengecup kening dan ubun-ubun istrinya lembut. Sentuhan ya

