94

1442 Kata

Dan pada saat yang sama, dari ruang lain tempat Bu Mulia digiring dan terus ditekan oleh Maven dan anak buahnya, wanita paruh baya itu menangis sesenggukan, wajahnya dipenuhi keringat dan air mata. Dia menolak menjawab, hingga Maven menaruh laptop di hadapannya—menampilkan foto dua anaknya yang sedang diawasi dengan kamera tersembunyi. Bhaskara berdiri di hadapan mereka. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana, jas hitamnya masih berlumur percikan darah kering. Wajahnya dingin. Sepasang mata yang tak lagi memancarkan rasa iba. Maven berdiri bersandar di dinding dengan sebatang rokok yang belum ia nyalakan, sementara Bara—si bungsu—memegang catatan dan foto-foto dari penyelidikan mereka. “Lo pikir Bhaskara cuma ancam-ancam?” suara Maven dingin. Bu Mulia menjerit, “Tolong jangan sakiti

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN