Mobil SUV hitam dengan kaca gelap itu melaju di bawah langit Surabaya yang mulai berganti warna, membawa tiga pria yang diselimuti diam dan ketegangan. Maven di balik kemudi, menjaga kendali dengan tatapan tajam ke jalanan. Bara duduk di sampingnya, mata menatap kosong ke depan, rahangnya mengeras, seakan menahan banyak hal yang belum sempat diutarakan. Sedangkan Bhaskara, di kursi belakang, bersandar dengan kepala miring ke sandaran jok, mata terpejam. Tapi bukan tidur yang tengah membawanya, melainkan usaha sia-sia untuk menjinakkan badai dalam kepalanya. Pikirannya kusut. Doanya terus mengalir lirih dalam hati—sebuah jeritan sunyi dari seorang suami yang tengah digilas rasa bersalah. Tak apa jika ia harus kehilangan calon anaknya. Tapi jangan Diajeng. Jangan ambil Diajeng darinya. Ia t

