Maven berdiri tegak di depan pintu unit apartemen Mita. Jari telunjuknya baru saja menekan bel dan kini ia menunggu. Tak sampai lama, pintu terbuka—memunculkan sosok gadis mungil dengan piyama bergambar Pororo dan rambut pendek acak karena baru bangun dari tidur sorenya. Kelihatan lelah sekali. "Hai, cantik," sapa Maven dengan senyum miring yang selalu sukses membuat Mita mendengus sebal—tapi deg-degan dalam hati. “Bang Maven? Masuk, bang.” Mita segera membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan sang tamu masuk. Maven melangkah masuk, mengedarkan pandangan ke seisi ruangan. Apartemen minimalis itu begitu mencerminkan pemiliknya—manis, hangat, rapi dan menenangkan. Dindingnya dihiasi lukisan kecil dan beberapa polaroid, aroma lilin lavender memenuhi udara. Maven malam itu tampil sediki

