Diajeng tahu ini berbahaya. Seharusnya ia sudah mendorong Bhaskara menjauh. Seharusnya ia sudah memprotes, tapi tubuhnya justru membeku saat lelaki itu kembali menyerangnya. Bibir Bhaskara sudah turun ke lehernya. Diajeng mencengkeram bahunya, berusaha tetap sadar di tengah sensasi yang membakar. Helaan napas hangat suaminya menyapu kulitnya, lalu bibirnya mendarat di sana. Satu kecupan. Lalu satu lagi. Diajeng menggigit bibirnya sendiri saat Bhaskara mulai menggigit pelan, mengulum tulang selangkanya dengan penuh kepemilikan. Astaga. Tubuhnya menegang ketika tangan besar Bhaskara mulai menjalar lebih jauh. Dress yang ia kenakan mempermudah tangan nakal lelaki itu menyusup ke paha dalamnya. Diajeng tersentak. “Bh-Bhaskara…” Lelaki itu tidak menggubris. Tangannya semakin naik, meny