Pagi ini Mini bangun dengan perasaan aneh yang menyenangkan, dia langsung ingat kembali untuk melihat lengannya yang semalam sempat digigit nyamuk. Bekasnya memang sudah hilang tapi rasanya masih membekas hangat bukan di lengan tapi di d**a. Mini juga jadi senyum-senyum sendiri jika ingat Brandon yang sampai niup-niupin lengannya dan Mini masih tidak percaya bang Brandon benar-benar mengajarkan hal konyol tapi ajaib itu padanya.
Semalam sebelum Mini kembali ke kamarnya, Brandon juga sempat berpesan agar todak mencoba cara itu dengan siapapun karena tidak akan berhasil. Setelah teringat terus dengan bang Brandon tiba-tiba Mini juga jadi ingat sama sepasang anak kucing yang harus dia kasih makan.
Buru-buru Mini turun dari tempat tidurnya cuci muka dan gosok gigi tanpa mandi kemudian sudah buru-buru lari ke kandang kucing. Mini ingat harus menjemur kucingnya sebentar mumpung masih pagi. Sambil menjemurnya di halaman Mini memberi makan kedua anak kucing dengan sereal untuk kucing dewasa yang baru sedikit dia hancurkan karena kemarin mereka lupa membeli makanan untuk anak kucing. Anak kucing hitam bernama Brandon itu langsung menolak mentah-mentah makanan yang diberikannya, bahkan malah mendengis-dengis tiap kali Mini coba mendekatinya.
"Galak sekali kau anak kucing! " kesal mini sambil menggerutu sendiri pada anak kucing yang namanya Brandon.
"Apa aku harus mengubah namamu dulu biar tidak galak lagi?" kata Mini saat bicara sendiri dengan anak kucing yang sama tidak sopannya dengan orangnya. Mini beri makan baik-baik malah mau menyakarnya.
"Pus.. Pus.. Pusy.. " panggil Mini untuk yang berbulu kuning dan lebih manis.
Mini berniat mengeluarkan anak kucing perempuan yang lebih jinak itu untuk dia bawa ke pangkuannya. Tapi Mini tidak menyangka jika anak kucing itu justru melompat dan berlari.
Mini segara berdiri untuk mengejar si anak kucing yang ternyata malah duluan ditangkap sama bang Evan, dan kelihatannya juga sangat nyaman di gendongannya. Mini tidak tahu sejak kapan bang Evan sudah berdiri di situ dan memperhatikannya. Mini buru-buru menghampiri kucingnya karena bang Evan sudah rapi mau berangkat ke kantor.
"Aduh, Bang, bawa sini! nanti Abang kotor," Mini benar-benar khawatir karena bang Evan beneran sudah rapi dan ganteng.
Mini meraih kucingnya yang ternyata malah menolak dan menyeringai marah padanya.
"Wah, pemilih sekali kau, ya? " kesal Mini sama si anak kucing.
"Mungkin karena kamu belum mandi!" kata Bang Evan sambil ngelihatin Mini dan baby doll Miny mousenya.
Mini cuma nyengir kemudian buru-buru mengendus-endus baunya sendiri. Walau masih bau pelembut pakaian laundry tetap saja beda banget kalau dibandingin sama bang Evan yang wanginya seger buat di hirup dan di pandangi.
"Bawa sini aja kandangnya, " kata bang Evan dan Mini langsung buru-buru ngambil box yang warna pink untuk dia bawa mendekat.
"Aduh maaf ya, Bang? " Mini benar-benar merasa gak enak karena kemeja Bang Evan jadi ada bulu-bulunya.
"Gak papa, gak kelihatan juga," kata bang Evan tidak masalah.
"Sini, biar aku bersihin!" Mini buru-buru membersihkan sisa bulu di kemeja bang Evan dengan tangannya.
Meski tadinya bang Evan sempat menolak tapi ternyata dia biarin juga Mini sampai gosok-gosok kemeja di d**a dan lengannya, bahkan sempat mengambil sisa bulunya satu-satu sambil dia tiup-tiup.
"Apa kau perlu kaca pembesar? " tanya bang Evan.
"Aku lebih butuh kursi, " jawab Mini sekedar bercanda karena dari tadi dia terus jinjit-jinjit sangking tingginya bang Evan.
Tapi bang Evan justru sengaja membiarkannya karena sepertinya dia juga agak terhibur kalau melihat Mini jadi kesusahan.
Siapapun yang melihat kejadian itu pasti akan merasa aneh luar biasa. Termasuk Efa yang baru datang dan langsung berhenti memperhatikan mereka berdua dulu sebelum akhirnya bertanya.
"Dimana Brandon? "
Mini langsung berjengit kaget waktu tiba-tiba melihat mahluk cantik yang sedang menteng tas kecil sewarna dengan bajunya itu balik lagi bertanya.
"Kudengar Brandon pulang, sekarang di mana dia? " nada suaranya melengking lebih tinggi.
"Dia masih di kamarnya!" jawab Bang Evan tidak kalah acuh, pantas saja kalau Efa agak tersinggung kemudian cuma balas dengan nada ketus.
"Terimakasih, Bang Evan!" baru dia kabur gitu aja.
Mini masih bengong dan keheranan baru kemudian menoleh pada bang Evan yang juga cuma bilang, "Itu ceweknya Brandon, namanya Efa!"
Dari nada bicaranya saja sudah kelihatan jika bang Evan tidak suka dengan wanita cantik yang baru Mini ketahui bernama Efa.
"Sebaiknya aku berangkat, " pamit bang Evan buru-buru, pokonya kelihatan banget kalau dia anti banget dengan wanita bernama Efa.
Padahal masih untung tadi ketemunya sama bang Evan, coba kalau ketemunya sama bang Haris, bisa dikuncin gerbang beneran kalau dia tidak mau mendengar suara berisik Efa. Bang Harris memang paling benci sama cewek yang berisik dan manja.
Efa adalah putri dari temen nyonya Marrisa, sejak kecil dia memang sudah tahu banget sama cowok ganteng, makanya Efa ngefans banget sama bang Harris. Sebenarnya Efa seumuran dengan Brandon maka jangan heran kalau dari dulu dia itu sudah yakin banget kalau Brandon itu adalah jodohnya. Mereka memang sudah main bersama sejak kecil dan sering di buat nangis juga sama Brando karena Brandon dasarnya memang usil dan tetap tidak mau mengalah meskipun Efa anak perempuan. Tapi anehnya semakin beranjak dewasa Efa malah seperti makin tidak mau pisah sama Brandon meskipun tetap saja sering diusilin.
Efa langsung menuju kamar Brandon dan mengabaikan semua orang yang berpapasan dengannya. Untungnya semua orang rumah juga sudah paham dengan sifat norak Efa. Hanya saja mereka semua tidak berani membayangkan bagaimana jika gadis seperti Efa sampai beneran menikah dengan pemuda seperti Brandon. Karena pasti tidak akan bakal ada yang kerasan tinggal di rumah ini lagi untuk mendengarkan keributan mereka.