"Abang! Jom tidur," ajak Ulia yang tiba-tiba muncul dari dalam kamar ibunya yang bersebelahan dengan ruang televisi tempat Kien dan Safi'i berbincang. Kien mengulas senyuman dengan kepala mengangguk. "Bapak, saya ke kamar dulu. Sudah malam Bapak juga harus istirahat." "Iya, Nak. Sudah sana. Kamu juga harus istirahat pasti sangat capek." Sebenarnya Uli sedikit heran melihat wajah suaminya yang tampak sendu. Penasaran apa gerangan yang tengah Bapak dan suaminya bicarakan. Namun, Uli harus menahan diri. Nanti saja ketika mereka di kamar, dia akan bertanya. Kien merangkul bahu istrinya dan membawa naik ke lantai dua. Masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya rapat-rapat. "Sayang!" "Ya." "Best kan jika kamar tanpa adanya ranjang." Uli mencoba menelaah apa yang suaminya maksudk