"Hentikan! Atau aku akan menyuruh orang melempar kalian berdua keluar dari sini!" Cukup, aku tidak bisa lagi berdiam diri melihat Aksa diperlakukan seperti ini. Keduanya serentak menatapku marah, kini giliran Risti Pradipta menudingku penuh emosi. "Dasar w************n! Harusnya enam tahun yang lalu aku membunuhmu bersama anak harammu itu. Aku bilang juga apa, kalian adalah pembawa sial di keluarga kami," makinya kasar. Aku menggeram, tanganku sampai mengepal dan gemetar mendengar lagi lagi mereka yang memanggil Cello anak haram. Pembawa sial katanya, berani sekali mulut lancang mereka menghina anakku. "Dengar! Bahkan aku tidak akan membiarkan begitu saja orang lain menyebut anakku sebagai anak haram, apalagi itu keluar dari mulut kotor kalian." Aku tidak hanya berteriak marah, tapi