Bang Abi memang mengizinkan aku pergi, tapi selama perjalanan dia hanya diam atau menjawab pertanyaanku seperlunya saja. Aku bukannya pura pura tidak tahu kalau dia cemburu, tapi bukankah masalah ini tidak akan selesai hanya dengan dihindari. Antara aku dan Aksa, ada Cello yang menjadi pengait. Itu kenyataan yang tidak pernah bisa diubah. Seumur hidup tali hubungan kami bertiga tidak mungkin bisa terputus begitu saja. Bang Abi seharusnya bisa menerima hal ini sejak sekarang. "Bi," panggilku pada Abimanyu yang sedang fokus mengemudi. "Hm ...." Aku menghela nafas pelan. Lihatlah! Dia bahkan hanya menggumam lirih, tanpa mau repot repot untuk sekedar melirik ke arahku. "Kalau kamu keberatan aku bertemu dengan Aksa, kita pulang saja." "Tidak. Kamu kan hanya ingin membicarakan soal Cello