“Saya enggak mau putus, Dil!” ucapku penuh penekanan ketika akhirnya aku berhasil menemui Dila. Sejak kemarin sore dia telfon dan tiba-tiba minta putus, aku langsung mengajaknya bertemu. Sayangnya, hari kemarin aku tidak berhasil karena Dila menonaktifkan ponselnya sampai malam. Paginya, Dila akhirnya membalas pesanku. Aku bilang aku akan langsung datang ke rumahnya kalau dia menghindar dariku. Ternyata ancamanku berhasil. Dila setuju keluar dan bertemu denganku di cafe yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Dan sekarang, di sinilah kami. Duduk bersebelahan di cafe dengan dua cangkir coklat panas yang masih mengepul di atas meja. Sejak Dila datang, aku sudah menangkap ekspresi murung di wajahnya. “Dil, jangan diam saja. Saya enggak mau putus karena saya merasa enggak berbuat salah