Zelaza terhenyak. Dunianya seakan runtuh di sekelilingnya. Rahasia yang dijaganya selama bertahun-tahun, yang menjadi alasan dia hidup dalam pelarian, akhirnya dipertanyakan oleh sang putra. Rasa takut, lelah, marah, dan khawatir yang bertumpuk selama bertahun-tahun meledak menjadi emosi yang tak terbendung. "Diam!" bentaknya, suaranya nyaris melengking. Tangannya menunjuk ke arah lorong kamar. "Apa yang kau katakan? Kau tidak tahu apa-apa! Ayahmu sudah mati! Dia tewas dalam kecelakaan sebelum kau lahir! Sekarang, tutup mulutmu dan pergi ke kamarmu!" Bentakan itu seperti tamparan di wajah Zorion. Ibunya, wanita yang selalu sabar dan lembut, belum pernah sekali pun membentaknya seperti ini. Air mata langsung memenuhi matanya, ada rasa sakit, kekecewaan, dan kemarahan. "Mommy berbohong