"Ke mana saja kamu? pulang diantar pria asing!" seru Pram. Irene yang baru saja membuka pintu terlonjak kaget. Dia mengira Pram sudah tidur, sehingga dia membayangkan akan bisa menemui kasurnya malam ini. Nyatanya, pria itu berdiri di depannya dengan mata yang terlihat sama sekali tidak mengantuk. Pram marah, dia tak bisa menyembunyikan ekspresinya sama sekali. Dia adalah Pram yang biasanya bisa mengendalikan diri, dia bukan remaja yang emosional, tapi kali ini dia merasa dadanya bergemuruh hebat melihat apa yang baru saja disaksikannya. "Maaf, Pak. Saya dari rumah Jelly, terus mobil saya mogok. Dia teman saya, saya yang minta tolong agar dia mengantar saya pulang." Mendengar jawaban Irene, Pram meradang, berjam-jam dia menunggu Irene, memikirkan apa gadis itu sudah makan atau tidak. Mal