“Sena jangan macem macem.” “Ahhh, pengen macem macem akutuh, Om. Mau inget kenangan kita berdua.” Sena menciba menarik leher Samudera supaya mendekat padanya dan mereka bisa berciuman, tapi Samudera terus menghindar takut kelepasan apalagi sang istri baru saja sembuh. “Cium! Seenggaknya cium doang! Ayok!” “Sena, luka luka kamu aja belum sembuh. Jangan macam macam.” “Cium doang kalau gitu.” Akhirnya Samudera mau mencium sang istri, bibir mereka bersentuhan, berbalut satu sama lain dengan lidah yang diikutsertakan. Sena merinding ketika tangan Samudera mulai nakal dan menyentuh punggungnya, masuk secara langsung hingga kulit bertemu dengan kulit. “Ahhhhh….” Sena mendesah tatkala bibir sang suami beralih pada leher, yang mana membuatnya merinding bukan main. Sena suka dengan sensasi ini.