"Levin, hentikan! Tolong hentikan!" Elina terisak. Dia terus menggerakan tangannya yang terikat berharap simpul yang mengikatnya itu terbuka hingga kedua pergelangan tangannya memerah. "Kenapa sayang? Kau selalu menyukai sentuhanku di bagian ini kan? atau aku perlu sedikit menaikan area sentuhanku?" Levin, kembali berbisik lalu mencium pipi Elina sementara satu tangannya masih bermain di perut rata Elina. "Kamu sakit, Levin! Kenapa kau lakukan ini padaku? Ada apa denganmu, Lev? Bukankah kita teman baik?" Elina masih belum menyadari siapa Levin yang sesungguhnya. "Kau benar–benar sudah melupakanku ya?" Levin mengangkat tubuhnya dari samping Elina lalu duduk di tapi tempat tidur membelakangi Elina. Raut bengis kembali tergambar di wajahnya. "Hmm... kau melupakan aku," Levin berkata sekal