23. Sakit

1186 Kata

Yura berdiri dengan tertatih-tatih sembari memegangi perutnya. Darah masih mengucur di selakangannya. Tidak ada tatapan iba dari orang-orang, malahan mereka menatap Yura dengan tatapan sinis dan mencemooh. Yura mengusap air matanya yang jatuh, sejak dulu memang tidak pernah ada orang yang kasihan padanya. Mungkin dia terlahir tidak untuk di kasihani. Pelan tapi pasti, Yura berjalan keluar dari ballroom. Menahan perutnya yang seperti di remas-remas. Darah masih menetes. Sebenarnya Yura bingung ini darah apa, pasalnya bukan waktunya dia datang bulan. Sepanjang perjalanan, Yura menguatkan diri agar tidak terjatuh. Kepalanya pusing dan pening. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tidak ada taxi yang berlalu lalang. Ia juga lupa tidak membawa hp. Soal suaminya yang pergi, Yura tid

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN