Bab 6. Bukan Balas Dendam

871 Kata
Acara lamaran kali ini dihadiri kolega bisnis Adam dan keluarga dekat. Sama dengan acara besoknya ketika akad nikah. Lebih banyak dihadiri keluarga dekat dan rekan bisnis Adam saja. “Kamu sudah siap menjadi istri saya, Hana?” tanya Akbar sebelum akad nikah berlangsung. “Siap, Mas. Saya tidak ada pilihan lagi dan tidak bisa mundur. Saya tidak mau merusak nama baik orang tua Mas Akbar.” Hana sudah tahu konsekuensi jika dia mundur tiba-tiba. “Bersiaplah. Sebentar lagi kamu resmi jadi istri saya.” “Iya, Mas.” Hana mengangguk lalu menunduk, dia tidak mampu menatap Akbar lebih lama karena masih merasa rendah diri pada pria itu. Akad nikah sudah dipersiapkan, karena Hana adalah anak yatim piatu dan tidak memiliki saudara lainnya. Dia pun diwalikan dengan wali hakim. “Saya terima nikahnya Hana Prastika binti Ahmad Deni dengan mas kawin emas 100 gram dibayar tunai.” Akbar mengucap dengan lantang dalam satu tarikan napas. Setelah itu para saksi menyatakan jika pernikahannya dengan Hana sah. Hana berjalan dengan gemetar menuju meja tempat akad tadi berlangsung untuk tanda tangan buku nikah. Dia masih belum percaya sudah dinikahi dan menjadi istri seorang direktur rumah sakit. Perasaan rendah diri dan tidak percaya diri masih terus dirasakan Hana ketika berhadapan dengan Akbar. Hana pun menandatangani buku nikah lalu menerima mas kawin serta disematkan cincin di jari manis oleh Akbar. Perempuan itu pun terus menunduk dan tidak berani menatap tamu yang hadir. Dia takut dihujat dan dihakimi sebagai perempuan matre dan mengejar harta keluarga Akbar. Selesai akad nikah, Hana dan Ilham berganti pakaian dalam satu ruangan. Hana merasa sangat canggung dan malu harus mengganti pakaian di dekat Akbar. Perempuan itu minta tempat tertutup dari Akbar saat berganti pakaian. Membuat para MUA menjadi bingung. Namun, mereka tetap memenuhi keinginan Hana. Selesai berganti pakaian, keduanya bersiap untuk berjalan menuju pelaminan. “Kamu pegangan ke saya aja, Han. Jangan sampai kamu jatuh nanti. Angkat kepalamu. Kamu sekarang adalah istri saya, tidak ada lagi yang bisa memandang rendah kamu.” Hana menurut, dia lingkarkan lengannya pada lengan Akbar. Jujur dia takut terjatuh pada saat itu. Hal yang memalukan jika dia sampai terjatuh. Hana percaya Akbar akan menjaganya. Dia juga coba mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke depan serta coba mengabaikan pandangan miring tentangnya. Tamu undangan yang hadir merasa takjub melihat pasangan Hana dan Akbar. Mereka tidak memandang rendah seorang Hana, justru bangga pada perempuan itu karena sudah diterima dengan baik di keluarga kaya raya. Akbar dan Hana berjalan perlahan menuju pelaminan. Orang tua Akbar berjalan di belakang mereka dan orang yang mewakili keluarga Hana pun dicarikan oleh Ririn dan ikut berjalan menuju pelaminan. Setelah keduanya tiba di pelaminan, tamu-tamu mulai berbaris untuk bersalaman dengan mereka. Pada saat itu, Farhan datang bersama dengan sang kekasih. Dia masih belum ngeh jika perempuan yang dinikahi Akbar adalah mantan pacarnya. Saat membaca undangan, Farhan hanya merasa nama calon istri Akbar mirip dengan nama mantan pacarnya. “Mas, mau antri salaman sekarang?” Kekasih Farhan mengajaknya antri salaman. “Ayo, sekarang aja. Kayaknya tambah siang bakalan tambah rame.” Farhan dan kekasihnya pun ikut antri salaman dengan pengantin. Betapa terkejutnya pria itu ketika tiba di pelaminan dan berdiri di hadapan pengantin. Dia terdiam menatap Hana. Masih belum percaya jika perempuan yang ada di hadapannya itu adalah mantan pacarnya. Farhan bersalaman dengan Akbar lebih dulu. Lalu beralih pada Hana. “Hana?” “Iya, Mas, saya Hana. Istri mas Akbar. Kami baru menikah pagi ini. Terima kasih sudah hadir di pernikahan kami.” Hana mencoba tersenyum. Hatinya masih merasakan sakit melihat Farhan bersama dengan perempuan lain. “Hah? Eh ya, selamat menempuh hidup baru.” Farhan berjalan meninggalkan pelaminan, tetapi sesekali menoleh pada Hana. Sikap Farhan ini menimbulkan tanda tanya pada kekasihnya. “Mas, kamu kenal sama istrinya mas Akbar?” “Eh, enggak kok. Aku enggak kenal dengan perempuan itu. Baru ketemu hari ini.” “Tapi, kamu keliatan aneh, Mas. Kamu keliatan kayak kenal sama dia.” Farhan tidak boleh membuat sang kekasih curiga padanya. “Kenapa Mas harus melirik perempuan lain? Kamu paling cantik di antara semua perempuan di dunia ini.” Mulai deh gombalan Farhan. “Ah, Mas bisa aja, ayo kita makan, Mas. Aku laper.” Farhan pun menemani kekasihnya makan. Pikirannya tidak tenang. Dia harus menemui Hana setelah acara resepsi selesai. Namun, dia harus mengantar kekasihnya pulang lebih dulu. Setelah acara selesai, Hana dan Akbar mengganti pakaian lagi. Mereka makan siang bersama di tempat yang sudah disediakan. Selesai makan, Hana pamit pada Akbar menuju toilet. Hana ke toilet sendirian. Ketika dia keluar dari toilet, seseorang menutup mulutnya dan menariknya sampai pintu tangga darurat. Dia membuka pintu dan mengajak Hana masuk. Baru dia lepaskan tangannya yang menutupi mulut Hana. “Kamu gila ya, Han?” Kening Hana berkerut. Dia tidak terima dengan tuduhan Farhan itu. “Aku gila? Kenapa?” “Gimana bisa kamu menikah dengan Akbar, kamu tahu dia itu siapa?” “Kamu perlu repot memberi tahu aku mas Akbar itu siapa. Dia adalah direktur rumah sakit tempat kamu bekerja dan dia adalah suamiku.” Hana kali ini merasa bangga bisa berada di posisi lebih tinggi dari Farhan. “Kenapa kamu menikah dengan dia? Mau balas dendam sama aku?” “Balas dendam? Untuk apa? Karena kamu ketahuan selingkuh?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN