Nathan menjabat tangan Gafra dengan erat, babkan cowok itu meremas tangan Gafra sampai gafra sedikit meringis. Kekesalan Nathan sudah sampai puncak saat dengan songongnya orangtua Gafra mengatakan Gafra sudah lulus dengan nilai terbaik. Jelas saja kalau kayak gini caranya dia kalah, soalnya Gafra lahir lebih dulu dari pada dirinya. “Nathan, bisa lepaskan jabatan tangan saya?” tanya Gafra dengan tajam. “Gak bisa lepas sendiri?” tanya Nathan menaikkan sebelah alisnya. Nathan mekin meremas tangan Gafra. Mulai sekarang, Nathan menandai Gafra sebagai musuh bebuyutan yang harus dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Gafra mencoba melepas jabatan tangan Nathan karena tangannya sudah sakit. Namun Nathan terus meremas tangannya, tenaga Nathan yang masih remaja boleh juga. “Nathan, lepasin!” bisi