Ismail telah resmi bekerja di perusahaan Astra, di bidang kebersihan. Atau bisa di sebut office boy. Di singkat OB. Elah...Thor, enggak usah di perjelas semua orang tau kok apa pekerjaan yang cocok untuk Ismail.
Pagi ini, Ismail mulai menyapu dan mengepel sebelum para karyawan datang. Sementara waktu Ismail tinggal bersama dengan Asep. Bayar kos nya patungan. Jadi meringankan beban Asep juga yang tinggal sendiri.
"Bang mail bin mail!" Seru seseorang. Ismail langsung menoleh dan tersenyum ternyata Mbak Kimmy. Karyawati ramah nan cantik. Senyum Kimmy semakin mengembang saat melihat Ismail. Ismail yang tak siap jadi malu dan ge'er sendiri.
"Pagi pak Ivan," sapa Kimmy membuat Ismail langsung menoleh ke belakang. Oh bukan senyum sama aku toh. Batinya
Pak Ivan yang menunduk dan langsung melewati Ismail dan juga Kimmy. Kimmy melambaikan tangannya dan mengejar pak Ivan.
"Mbak Kimmy suka apa ya sama pak Ivan? Perasaan nyintilin Mulu," gumam Ismail. Tak lama Ismail melihat Bu Sasha yang berjalan dengan angkuh dan tak melihat kanan dan kiri.
Bu Sasha nampak elegan dengan pakaian serba hitamnya. Dan rambut gelombangnya. Mail tertarik dengan ponsel yang di pegang Bu Sasha. Bukan...bukan mau di colong. Mail punya ponsel kok, serius deh. Walau jadul. Mail cuma pengen nomor Bu Sasha cantik aja.
"Bu," sapa Asep yang membuat Mail tersadar dari lamunannya. Kapan bang Asep di sini sih?
Bu Sasha hanya mengangguk dan terus berjalan menuju ruang kerjanya. Asep melihat Mail dan menepuk pundaknya.
"Lain kali, kalau ada bos atau karyawan lainnya sapa ya. Jangan malah bengong," tegur Asep pada Mail. Mail gelagapan.
"Ia bang maaf, hehe." Asep geleng-geleng kepala dan kembali ke ruang pantry.
Saat istirahat Mail pergi ke kantin bareng bareng Asep dan beberapa teman sejawatnya. Mereka mengantri paling belakang setelah karyawan selesai mengambil jatah makan siang.
Mail melihat Kimmy duduk berdua dengan salah satu karyawan ganteng. Entah siapa, Mail belum kenal semua karyawan. Mail melihat sekeliling. Banyak sekali karyawan yang makan di kantin dan saling bercanda gurau.
"Mail, buruan, malah bengong. Entar nggak kebagian tempat duduk," ujar Asep. Mail langsung bergegas mencari tempat duduk kosong bersama Asep dan kawan-kawan.
Mereka duduk dengan tenang dan mulai makan. Di depan Mail ada Og manis yang Mail belum hapal namanya. Soalnya kalau tidak salah Og ini bagian lantai 2. Sementara Mail di lantai 3 dan 4. Ruangannya Bu Sasha dan mbak Kimmy.
Sekilas Mail melihat Bu Sasha sedang berjalan dengan pak Rio sembari bercanda ria. Baru kali ini Mail melihat Bu Sasha tersenyum . Cantik sekali.
Mail sampai bengong melihat Bu Sasha.
"Woi, Mail buset. Iler kamu tuh netes-netes. Jorok kamu!" Seru Asep yang jijik lihat Iler Mail. Buru-buru Mail minta maaf dan mengelap ilernya.
Mail sedang beres-beres di ruangan bu Sasha. Karena memang tugasnya membereskan ruangan di lantai 3 dan 4. Ruangan bu Sasha kosong. Membuat Mail bebas menyapu dan mengelap meja.
Mail merasa lelah, karena ruangan kosong. Mail duduk di kursi Bu Sasha.
"Wow empuk banget, kalah kasur bang Asep di kosan. Ini nyaman banget. Enak'e, dadi wong kaya. Duduk e wae empuk tenan."
Sedang asik Mail duduk dan menggerakkan kursi ke kanan dan ke kiri. Bu Sasha datang dengan seorang staf kantornya.
"Mail!!" Bentaknya membuat Mail loncat dari kursi dan menatap Bu Sasha. Mail langsung menelan ludah dengan susah payah.
"Kurang ajar sekali kamu hah!!" Bentaknya lagi. Mail sudah panas dingin. Mengelap keringatnya dengan lap meja di bahunya. Bau, tapi Mail tak peduli.
"Kamu memang saya bawa ke sini, tapi untuk bekerja bukan untuk berleha-leha. Kamu mau saya pecat?" Mail panik bukan main. Buru-buru Mail sujud di lantai dekat kaki Bu Sasha. Kalau bisa ia sentuh tuh kaki. Tapi Mail takut jadi Maslah baru.
"Maafkan saya Bu, nggak ada maksud saya buat seperti itu, saya cuma lelah," jelas Ismail.
"Bu, saya permisi saja ya," ucap salah seorang staf . Bu Sasha mengangguk dan dirinya pergi. Meninggalkan Ismail berdua dengan Bu Sasha. Jantung Mail langsung jedag-jedug nggak karuan.
"Bangun!" Bentak Sasha. Mail langsung bangun dengan cepat. Tubuhnya gemetar.
"Ikut saya, pulang kerja ini."
"Ke...kemana Bu?" Mail sudah takut kalau dirinya akan di kembalikan ke kampung. Mail endak mau. Ia Ndak mau pulang ke kampung.
"Nggak usah banyak tanya. Ikut aja."
"I...iya Bu."
"Keluar saja, awas kamu bilang sama orang-orang, kalau pulang bareng saya. Kamu tunggu di jalan depan. Jangan dekat kantor. Paham!"
"Pa...paham Bu."
"Bagus, pergi sana."
"Saya permisi Bu."
"Mail." Mail berhenti saat jemarinya berhasil membuka pintu. Namun ia urungkan dan kembali menoleh ke arah Bu sasha.
"Ya Bu?"
"Jangan bikin masalah kamu ya, wajah saya nanti yang tercoreng."
"Siap Bu, maafkan saya."
Sasha diam saja. Mail pun kembali ke pantry.
Sepanjang jalan, mail berfikir. Mau diajak kemana ia. Jalan-jalan kah? Belanja kah? Atau justru di pecat dari kantor dan di usir dari rumah bang Asep. Hufh.
Be positif aja lah.
Gaya Lo il, Mail.