Ian menyandarkan kepalanya ke kursi mobil, memejamkan mata. Dalam diam, ia berdoa—bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Madeline. Agar wanita yang ia cintai bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari. Bahkan jika kebahagiaan itu bukan bersama dirinya. Ian menatap ke arah tempat Madeline tadi memarkir mobilnya. Sekarang tempat itu kosong. Sama seperti perasaannya saat ini. Hampa. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, meskipun hatinya bergemuruh. Di tangannya, ponsel tergenggam erat. Ia menatap layar dengan ekspresi tak terbaca, sebelum mengetikkan pesan terakhir untuk Daniel. [Kau menang. Tolong jaga dan cintai Madeline. Dia pantas mendapatkan seseorang yang tahu bagaimana mencintainya dengan sepenuh hati.] Setelah mengirim pesan itu, Ian menatap layar pons