Bab 4

1456 Kata
Ian spontan mengibaskan tangannya, hingga mengenai map di tangan Madeline. Map itu terjatuh di lantai, dan selembar kertas di dalamnya melayang jatuh. Tamu yang berdiri di dekat mereka bisa melihat dengan jelas nama Madeline di sana berikut tanda tangannya. “Apa maksud semua ini, Madeline?” Ian menatap Madeline tanpa berkedip. Tatapan penuh tanya dari para tamu seolah-olah menghakiminya sekarang. “Kalau mau cerai, ya cerai saja, Madeline. Kenapa harus mencari sensasi seperti ini?” Vonny membungkuk, memungut kertas dan map itu sambil menggerutu. Dia tidak senang putranya ditampilkan sebagai pria tukang selingkuh oleh Madeline. “Aku hanya menuruti keinginan terbesar Ian.” “Jangan ada drama lagi, Madeline.” “Tentu saja tidak, Ian. Aku hanya ingin membuat semuanya mudah untukmu dan cinta pertamamu,” Jawab Madeline sambil tersenyum lebar. Nada menggoda dalam suara Madeline membuat Ian merasa takut. Sikap tenang dan santai Madeline malam ini dengan apa yang sudah dia mulai ini terasa aneh. “Jangan bilang aku tidak memperingatkanmu sebelumnya, Madeline. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kamu membuat malu keluarga Bastian.” Cetus Ian penuh penekanan. Sudah cukup dia memberi toleransi. “Tidak usah diladeni, Ian. Madeline mungkin sedang bingung, jadi melakukan tindakan konyol ini,” Carla Ellis memutar kursi rodanya mendekat pada Ian. Mereka lebih terlihat sebagai pasangan yang merayakan anniversary. Mereka bahkan tidak merasa canggung sekalipun Madeline sudah membongkar perselingkuhan mereka. Dada Madeline bergolak melihat mereka, tapi dia berusaha menahan diri. Ini adalah sebuah akhir dan dia ingin semua berakhir sesuai dengan rencananya. “Alasan dari semua ini kamu dan wanita tercintamu, Ian. Jangan pura-pura menyalahkan aku. Oke? Pertunjukan puncaknya sudah siap!” Ujar Madeline sambil berjalan menjauh beberapa langkah dari Ian. Ian terpana, namun sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, layar besar tiba-tiba berubah. Foto-foto pernikahan mereka menghilang. Suasana ruangan menjadi hening, semua tamu menatap layar dengan penuh perhatian, menunggu dengan penasaran apa yang akan ditampilkan selanjutnya.. Tak lama, layar kembali bergerak, terlihat jelas beberapa potongan video yang menampilkan foto, mulai dari foto-foto mesra Ian dan Carla yang dikirimkan oleh wanita itu pada Madeline untuk memprovokasinya. Lalu disusul video rekaman CCTV, memperlihatkan Carla Ellis yang berakting lumpuh, namun kemudian berjalan mondar-mandir, melakukan senam di dalam kamar, lalu berdiri tegak di depan Madeline dengan ekspresi penuh penindasan. “Kamu akan disingkirkan, Madeline. Hanya aku yang pantas berada di sisi Ian.” Suaranya terdengar sangat jelas. Para tamu terkejut, dan bisikan mulai terdengar di seluruh ruangan. Carla Ellis di kursi rodanya menatap ke arah layar dengan mata melotot, seperti melihat hantu. Ibu dan kedua adik perempuan Ian terpana, lidah mendadak kelu. Tidak mampu berbicara karena syok. Ian sendiri terlihat pucat, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Dia menoleh pada Carla. Wanita itu sekarang tampak terguncang, wajahnya semakin pucat pasi. Para tamu memandangnya dengan tatapan aneh, lalu bisikan-bisikan yang terdengar di antara mereka bertambah kuat. Carla mencoba berbicara, "Ini semua tidak benar! Aku... aku bisa menjelaskan!" Namun, tidak ada yang percaya padanya. Mereka sudah melihat bukti yang tak terbantahkan di layar besar. Madeline mengucapkan kalimat penutupnya, "Ian, inilah wanita yang kau pilih. Aku berharap kau bahagia dengannya." Madeline dengan caranya sendiri, membalikkan keadaan. Kalau semula Ian yang ingin menyingkirkannya, sekarang di depan semua orang, Madeline yang terlihat menyingkirkan suaminya itu. Ian ditampilkan sebagai pria yang mengkhianati pernikahannya demi seorang wanita manipulatif yang tidak tahu malu. “Terima kasih semuanya..” Madeline mengangguk ke arah tamu lalu melangkah anggun meninggalkan ruang pesta. Semua orang terpana oleh kejutan itu, dan Ian yang baru terlepas dari rasa syok berlari mengejar Madeline. Terlambat. Ian hanya bisa melihat Madeline masuk ke dalam sebuah mobil mewah dengan plat nomor yang sangat ia kenal. Mobil itu melaju pergi, meninggalkan Ian yang terpaku di tempatnya. Malam yang seharusnya menjadi malam perayaan berakhir dengan skandal besar yang akan selalu diingat oleh semua orang yang hadir. Ian tidak mempedulikan Rina, adiknya yang menyusul. Matanya terus tertuju ke arah mobil mewah itu menghilang. Itu adalah mobil keluarga Reynard. “Wow! Mantan istrimu ternyata menyimpan rahasia besar, Kak. Lihat saja, baru saja mengumumkan perceraian kalian, dia sudah dijemput mobil mewah. Coba tebak, aku yakin itu Daniel Reynard,” Rina berkata seraya tersenyum sinis. Kata-katanya sukses membuat Ian tambah marah. Madeline berani menantangnya dengan cara murahan seperti ini? Ian mengusap wajahnya marah. Dia berjalan kembali ke ruang pesta. Sampai di ruang pesta, Ian langsung berdiri di depan podium dan meminta maaf pada para tamu undangan. Dia melihat Vonny dan Moren, adiknya sedang panik. Carla Ellis pingsan. Ian tidak peduli. Malam ini dia sudah melihat wajah asli Carla Ellis yang penuh tipu muslihat. Dia meninggalkan tempat itu, ingin menenangkan dirinya. Malam itu Ian terus menghubungi Madeline, namun nomor ponselnya tidak aktif. *** Mobil mewah itu meluncur di jalan raya kota, bias sinar lampu-lampu jalan berkelebat cepat di sisi jendela. Madeline duduk diam, menatap kosong ke luar jendela, pikirannya melayang. Akhirnya tiga tahun penuh berjuangan berakhir dengan kekalahan. Ya! Kekalahan. Dia gagal memenangkan cinta Ian. Rasanya sakit sekali. Tiga tahun yang sia-sia. Madeline mengira dia akan merasa senang karena bisa melakukan pembalasan yang sangat mengesankan. Tapi sekarang dia sadar, dia keliru. Hatinya tetap merasa sakit, mengingat Ian berakhir dengan wanita manipulatif itu. Daniel Reynard, pria yang sedang duduk di belakang kemudi, melirik sekilas ke arahnya melalui kaca spion. "Aku melihat siaran live-nya. Suamimu ternyata begitu buruk memperlakukanmu," kata Daniel, suaranya lembut tapi penuh empati. Madeline tetap diam, matanya masih terpaku pada pemandangan di luar. Percuma menanggapi, nanti juga mereka tahu sendiri apa yang terjadi, batin Madeline. Yang terpenting sekarang, dia sudah bebas dari keluarga Bastian. "Terima kasih, Daniel," ucap Madeline tulus, akhirnya memecah keheningan. “Kamu sudah menyelamatkan aku dari keluarga toxic.” Daniel mengangguk, matanya kembali fokus pada jalan. "Tidak perlu berterima kasih. Kau sudah cukup menderita, Madeline. Sekarang waktunya kau mendapatkan kebahagiaanmu sendiri." Madeline tersenyum tipis, meski rasa lelah masih tergambar jelas di wajahnya. "Kau benar. Aku hanya ingin melupakan semua ini dan memulai hidup baru." Daniel mendesah pelan. "Kau tahu, Madeline, kau adalah wanita yang kuat. Aku kagum dengan kesabaranmu." Madeline menoleh, menatap wajah Daniel yang serius. "Ketelitian dan keberanian itu yang membawaku ke sini. Aku harus tetap teguh dan berani menghadapi semuanya." Daniel mengangguk. "Madeline, kamu mau aku antar ke rumah?" Madeline menoleh ke arahnya dan menggeleng pelan. "Jangan, Dan," tolaknya. "Aku belum ingin pulang ke rumah. Masih ada beberapa hal yang harus aku selesaikan di sini." "Lalu, kamu mau kemana?" tanya Daniel lagi. "Ke apartemenku saja, aku butuh waktu sendiri." jawab Madeline, suaranya tenang namun tegas. Daniel mengangguk berat, paham bahwa Madeline butuh waktu dan ruang untuk menyelesaikan masalahnya. Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Sesampainya di apartemen Madeline, Daniel menghentikan mobilnya dan mematikan mesin. "Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku, oke?" katanya, menatap Madeline dengan penuh perhatian. Madeline tersenyum tipis dan mengangguk. "Terima kasih, Dan. Aku menghargai semua yang sudah kamu lakukan." “Tante Grizella selalu menanyakanmu, Madeline. Carilah waktu untuk pulang ke rumah.” “Aku akan pulang setelah semuanya beres.” “Janji, ya? Jangan sampai Om dan Tante kebingungan mencarimu.” Kata Daniel serius. Madeline mengangguk sekali lagi sebelum keluar dari mobil. Dia berjalan menuju pintu apartemennya dengan langkah mantap. Saat memasuki apartemennya yang sunyi, dia merasa lega bisa berada di tempat yang nyaman, jauh dari semua drama yang telah terjadi. Dia duduk di sofa, merasakan keheningan yang damai. Kini, dia memiliki waktu untuk merenung dan merencanakan langkah berikutnya. Dia tahu, meski perjalanan ini tidak mudah, dia memiliki kekuatan untuk melaluinya. Madeline menatap pemandangan kota dari jendela apartemennya, merasakan ketenangan yang mulai mengisi hatinya. Ini adalah awal baru, kesempatan untuk memulai kembali dan membangun kehidupan yang lebih baik. Dengan tekad yang baru, Madeline bersiap untuk melangkah maju, meninggalkan masa lalu yang penuh luka dan menyambut masa depan dengan penuh harapan. Tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang. Dia adalah wanita yang kuat, dan dia akan membuktikannya pada dunia. Madeline melangkah keluar dari mobil, menghirup udara malam yang sejuk. Dia berdiri sejenak, menatap gedung di depannya. Ini adalah awal baru, tempat di mana dia bisa memulai hidup tanpa bayang-bayang keluarga Bastian. Daniel memperhatikan hingga Madeline menghilang di balik pintu utama gedung, lalu menghela napas panjang. Dia tahu, pertempuran Madeline belum berakhir, tapi setidaknya dia telah melangkah menuju kebebasannya. *** Ian benar-benar emosi sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 tengah malam, dan nomor ponsel Madeline tetap tidak bisa dihubungi. “Kemana wanita itu?” Gumam Ian marah. Apa yang Madeline rencanakan? Dia sukses membuat dirinya malu, namun setelah itu dia menghilang. Sebelumnya meninggalkan skandal yang menjadi topik pembicaraan semua orang. Ian merasa bingung dengan kemarahannya yang terasa aneh. Untuk apa dia marah? Toh wanita itu sudah meninggalkannya. Ian berusaha mengabaikan, tetapi tetap saja mobil mewah keluarga Reynard yang membawa Madeline pergi terus membayang dalam ingatannya. Daniel Reynard. Ada hubungan apa Madeline dan pria itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN