part 6

1202 Kata
Ayana keluar dari rumah Maura, tapi sebuah mobil tiba tiba masuk sehingga Ayana hampir tertabrak. Si pengemudi yang adalah Gian keluar dari dalam mobil dan terkejut melihat Ayana berada di rumah kakaknya. "Kamu......" Ayana yang mengenal dan mengingat Gian segera berlalu pergi, Gian hanya bisa memandang keheranan karena tak menyangka bertemu Ayana disini, ia segera masuk setelah memarkirkan mobilnya di garasi. Gian berjalan menuju ke dapur untuk mengambil minuman, di dapur Maura sedang memasak makan malam. "Mbak, yang tadi siapa?" "Yang mana Gi?" "Yang tadi keluar rumah" "Oh Ayana, itu guru les privat Alika" jawab Maura Gian yang sedang meneguk air di gelas tersedak mendengar jawaban kakaknya "Pelan pelan kalau minum Gi" "Yakin itu guru les Alika mbak?, Tapi....." "Yakin lah, dia kan sudah sebulan ini ngajarin Alika, dan mbak lihat hasilnya nilai Alika meningkat loh. Kamu tahu kan kalau dapat guru les Alika nggak pernah bisa bertahan seminggu" "Tapi mbak, dia itu......" Gian ragu melanjutkan ucapannya. Maura menatap curiga ke arah Gian "Kamu udah kenal sama dia, atau jangan jangan dia pacar kamu lagi?" "Mbak Maura ngaco ah, bukan itu. Tapi dia itu pernah jadi kuli di proyek gedung yang aku tangani mbak" "Hah.......kuli bangunan? Seriusan kamu Gi?" Ucap Maura terkejut, tapi ia segera menghubungkan hal itu dengan informasi yang ia dapat saat ngobrol dengan Ayana sore tadi. "Oh.....baru ngerti aku sekarang" "Ngerti?, Ngerti apaan mbak?" "Dia kan tulang punggung keluarga dan harus menghidupi 3 adik kembarnya. Orang tuanya juga sudah tidak ada, tapi jadi kuli bangunan? Kakak nggak bisa membayangkan. Dia cewek loh Gi" "Iya sih mbak. Tapi apa background pendidikan dia?" "Dia S1, bukan S1 juga sih soalnya dia belum menyelesaikan skripsi dan wisudanya. Nggak ada biaya, kan harus kerja dia nya" Gian hanya diam mendengar penjelasan Maura. "Tapi Gi, keren banget nggak sih, cewek kuliahan mau jadi kuli bangunan. Jaman sekarang gitu loh, kan mending jadi salesgirl gajinya gede cuma lenggak lenggok di mall doang" "Iya sih mbak, salut sama dia mau kerja kasar, tapi kan sayang kalau otak encer cuma jadi kuli bangunan" "Lah ini kan udah jadi guru privat, tersalurkan dong ilmu dia" "Memangnya dia jurusan apa sih mbak?" "Nggak tahu, mbak nggak nanya sih tadi" "Oh..." "Ya udah sana mandi, lalu turun buat makan malam" Oooo----oooO Ayana sedang bersama Alika di ruang belajar, besok Alika ada try out untuk ujian jadi ia lebih intens belajar, Ayana menambah jam les privat 1 jam lebih lama dari biasanya. Gian pulang tepat jam 5 sore, suami Maura Arsya sedang ke Singapura ada meeting bisnis. Saat berjalan melewati ruang keluarga ia melihat lampu ruang belajar Alika masih menyala dan seperti ada orang di dalamnya, mungkin Alika masih belajar fikirnya. Ia pun naik ke kamarnya dan mandi, setelah mandi ia turun untuk makan malam. Gian duduk di meja makan walau makanan belum tersedia, sepertinya Maura belum selesai memasak. Ia pun membuka beberapa aplikasi di ponselnya. Ayana menyelesaikan tugasnya mengajar Alika, ia meminta izin ke kamar mandi untuk wudhu karena sudah hampir jam 6 sore, waktunya sholat Maghrib. "Alika, kak Ayana mau ikut ke kamar mandi dong, mau numpang sholat Maghrib juga boleh nggak?" "Boleh mbak, di kamar aku aja yuk aku juga mau sholat" "Oke Al" Alika mengajak Ayana naik ke kamarnya untuk sholat Maghrib, Maura yang mencari Alika ke ruang belajar dan tak menemukannya menyusul ke kamar Alika dan mendapati Ayana dan Maura sedang sholat berjamaah. Ia pun ke kamarnya untuk sholat Maghrib, kamar utama yang ditempati Maura dan Arsya ada di lantai dasar. Ayana dan Alika yang selesai sholat turun kembali ke ruang belajar mengambil tas Ayana. "Kakak pulang ya Al, mmm.....mama kamu mana, kakak mau pamit" ucap Ayana "Bentar ya kak, mungkin masih sholat dikamarnya" "Iya Kakak tunggu" Tak berapa lama, Alika kembali bersama Maura. "Mbak Maura, saya mau pamit pulang ya, sudah mau malam. Adik adik aku juga belum pada makan malam mbak" "Kamu makan malam aja disini Na?" "Tapi mbak....." "Iya kak Na, makan disini aja" tambah Alika "Nanti aku bawain deh buat adik adik kamu, jadi kamu nggak usah beli, gimana?" "Seriusan mbak?" Tanya Ayana dengan mata berbinar. "Iya, mau ya?" "Ya udah deh mbak. Makasih ya sebelumnya" ucap Ayana senang. Mereka bertiga kemudian jalan menuju ruang makan, makanan sudah disiapkan oleh si mbok dan Gian masih duduk di sana tetapi fokus pada ponselnya. Ayana sedikit terkejut melihat Gian di ruang makan, tapi ia terlanjur mengiyakan ajakan Maura untuk makan malam Ia duduk tepat dihadapan Gian, sedangkan sebelahnya ada Alika dan Maura, di sebelah Gian duduk Arlan. "Na.....kamu sudah kenal kan sama Gian?, Dia ini adik aku Na" "Iya mbak" "Oh ya kata Gian kamu pernah jadi kuli bangunan ya?" "Iya mbak, sekarang juga masih kok. Pagi sampai jam 2 jadi kuli, jam 3 kasih Les buat Alika" Gian dan Maura memandang Ayana bersamaan "Beneran??" Tanya Gian kemudian Ayana mengangguk. "Kenapa kamu nggak cari kerja yang lebih baik sih, misalnya di kantor gitu?" Tanya Gian lagi. "Mana ada perusahaan yang mau menerima S1 nggak lulus seperti saya ini mas?" "Memang kamu jurusan apa Na?" "Ekonomi akuntansi" "Wow akuntansi ya, nggak pusing apa ngitung Mulu" "Nggak juga mas" "Gimana kalau dia kerja di perusahaan mas Arsya mbak?" Ucap Gian pada Maura "Bener juga kamu Gi, ntar aku bilang deh ke mas Arsya" "Nggak usah mbak Maura, ntar kasihan Alika kalau saya kerja kantoran, Alika les privat nya jam berapa. Malah terlalu malam nanti" tolak Ayana halus "Kan ntar kamu bisa pulang cepat Na" ucap Maura "Itu malah nggak bagus buat perusahaan sendiri mbak, apa kata karyawan lain kalau saya pulang lebih awal" jawab Ayana diplomatis. "Ucapan kamu ada benarnya juga sih Na, tapi....." "Saya nggak apa apa kok mbak gini, makasih atas perhatiannya. Mmmm kalau boleh saya pamit dulu mbak, adik adik saya mungkin sudah menunggu" "Oh iya, tadi si mbok udah siapin makanan buat adik adik kamu. Tunggu aku ambilkan ya" ucap Maura berdiri dan melangkah menuju dapur dan kembali membawa bungkusan makanan. Maura memberikan bingkisan itu pada Ayana. "Oh ya Gi, kamu nggak kemana mana kan tolong anterin Ayana pulang ya?" "Nggak usah mbak, saya bisa pulang sendiri kok." "Jangan, ini sudah malam Na, biar diantar Gian aja, ya kan Gi? "Iya mbak" jawab Gian "Tapi mbak......." "Nggak usah tapi tapi an, udah sana pulang" ucap Maura Dengan terpaksa Ayana pun mau pulang di antar Gian, Gian berpakaian casual, celana jeans selutut dan kaos oblong. Di perjalanan pulang, Ayana merasa kikuk Karena harus semobil dengan Gian. "Kamu tinggal bareng adik kamu doang Na?" "Iya mas" jawab Ayana singkat. "Aku minta maaf ya?" "Minta maaf, untuk apa mas?" "Untuk yang waktu itu" "Saya sudah lupain kok mas soal itu" Setengah jam kemudian, mobil Gian sampai di rumah kontrakan Ayana. Ayana turun dari mobil "Masuk dulu mas" tawar Ayana pada Gian yang kemudian ikut turun dari mobil. "Assalamualaikum....." "Walaikumsalam" si kembar yang sedang belajar di ruang tamu menjawab bersamaan, Ayana masuk bersama Gian. "Eh kak Ayana sama siapa?" Tanya Iqbal "Ini......" "Hallo, nama kakak Gian. Temen kak Ayana" Ucap Gian mendekati Sari, Sara dan Iqbal dan duduk di kursi bersama mereka. "Kalian makan dulu ya, ini kakak bawain kalian makanan" "Makasih kak" "Kakak ambilkan piring dulu ya" Ayana masuk ke dalam dan kembali membawa 3 buah piring serta sendok, tak lupa teko berisi air putih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN