Part 10

1519 Kata
"Dikhianati kembali rasanya lebih menyakitkan dari pertama kali. Entah kenapa manusia selalu menyukai ending yang berulang? Apa memang cinta buta seperti itu? Sampai logika saja tidak jalan sebagaimana mestinya." **** Kebahagiaan Agni tentu saja menular pada orang lain. Sejak perempuan itu di rawat, rumah sakit menjadi hangat. Agni sering kali menemani beberapa anak kecil yang di rawat di sana. Bahkan Agni yang sebelumnya terlihat lemas menjadi energic setiap kali bermain dengan anak-anak. ART yang setia menemani Agni selama seminggu ini ikut bahagia. Wajah pucat Agni saat pertama kali menginjakkan kaki ke sini berubah menjadi berseri-seri. Agni yang sebelumnya tidak nafsu makan, menjadi orang yang rajin makan demi memaksakan dirinya untuk sang buah hati yang saat ini ada di dalam perutnya. "Waktunya makan, Nona." ART tersebut langsung menyiapkan makanan untuk majikannya. Dia juga sudah melaporkan perkembangan Agni kepada Andra setiap harinya. Tidak lupa, ART tersebut juga menginformasikan kepada Agni, kalau urusan pekerjaan Andra masih lama di Lombok. Agni mengangguk saja. Sebab Agni tahu selama apa pun kantor miliknya mengirim anggota ke lapangan, pasti setiap bulannya akan ada laporan yang masuk. Dan Agni mendapatkan informasi dari seseorang kalau Andra selalu melaporkan pekerjaannya dengan tepat waktu. Tidak ada yang Agni curigai sampai detik ini. Bahkan dokter yang merawat Agni saja tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi saking takutnya dengan ancaman yang dia terima sebelumnya. Mereka hanya saling bicara mengenai kondisi. Dan Agni menghormatinya karena bagaimana pun mungkin ada yang disembunyikan perempuan itu pada Agni. Hanya saja tidak ada waktu yang tepat untuk dia katakan pada Agni. Di tambah ARTnya selalu berada di sisi Agni. "Wah! Nona sudah mulai lahap makan ya. Bagus lah jika perkembangan anda dari hari ke hari ada perubahan. Maaf apabila menggangu makan siangnya. Melihat hasil terakhir pagi tadi, saya rasa anda sudah bisa kembali ke rumah. Hanya saja, ada beberapa yang harus anda perhatikan selama di rumah. Yang pertama jangan stress dan yang kedua asupan bergizi harus masuk ke dalam tubuh anda. Dan terakhir, jika anda mengalami flek kembali langsung datang ke sini supaya kita bisa memeriksa secara langsung." penjelasan dokter tersebut di angguki oleh Agni. Bahkan ART yang duduk di sampingnya mencatat semua informasi yang dikatakan oleh dokter untuk dilaporkan kepada Andra. Dokter yang merawat Agni pun jadi tahu siapa yang selalu melaporkan kondisi Agni pada suaminya. Bahkan ancaman yang dia terima pasti juga berasal dari perempuan tua yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Atau bisa saja dia berpura-pura dengan semua ini. Lepas itu saat Andra dan keluarganya kembali, ART ini akan kembali membenci Agni. Entah lah akhir-akhir ini dia jadi seperti Tuhan baik padanya. Menunjukkan segal hal yang tidak seharusnya dia ketahui. Hanya saja dia tidak bisa memberitahukan Agni karena terhalang ART dan lelaki berpakaian hitam yang setia menjaga di depan kamar rawat Agni. "Baik, dokter." Agni senang sekali saat sudah di izinkan kembali ke rumah setidaknya dia ingin menikmati waktu berdua dengan bayinya sambil melakukan sesuatu yang sangat berharga, apalagi jika Andra sudah kembali dari Lombok mungkin Agni akan melakukan sesi foto bersama dengan suami tercintanya itu. "Non, saya keluar sebentar ya," kata ART Agni yang menerima telepon dari seseorang yang entah siapa. Tinggal lah Agni dan dokter perempuan di depannya. "Kakak baik-baik saja?" perkataan Agni membuat dokter tersebut menatapnya dengan berkaca-kaca. Ia ingin sekali memberitahukan perihal apa yang terjadi pada sahabat Agni. "Fine." jawaban singkat itu membuat Agni mengingat sesuatu. Sejak dia di rumah sakit ini, dia tidak diberitahukan siapa yang membawanya ke rumah sakit. Seingat Agni di rumah dia hanya seorang diri hanya ada ART dan satpam di depan rumahnya. "Waktu datang ke rumah sakit, siapa yang membawaku, Kak." Dokter di depan Agni membuang wajahnya. Air mata yang selama ini dia tahan akhirnya mengalir di pipinya. Membuat Agni yang melihat sontak saja langsung memeluk tubuh dokter di depannya. Agni tidak banyak bertanya dan tidak mau memaksakan dia untuk menjelaskan apa yang terjadi. Sebab Agni bukan tipikal orang yang mau memaksakan orang lain bercerita dengannya, karena Agni tahu ada hal yang tidak bisa mereka ceritakan. Ingin sekali dokter itu mengatakan pada Agni bahwa yang membawanya ke rumah sakit adalah sahabatnya sendiri. Ingin sekali dia mengatakan pada Agni betapa khawatirnya sahabat Agni ketika membawa perempuan ini dalam keadaan pucat. Ingin sekali dokter itu mengatakan kalau semua yang terjadi dalam semalam bagaikan sebuah luka yang nantinya akan membuat Agni terluka lebih dalam. Dokter itu tahu seberapa besar cinta Agni untuk lelaki yang keberadaanya saja saat ini tidak ada di sini. Dokter itu tahu seberapa bodohnya Agni mengeluarkan uangnya demi membantu suaminya menyelesaikan pendidikannya. Dokter itu juga tahu, rumah yang Agni beli dengan tabungannya sendiri dipaksa untuk balik nama atas nama suaminya. Bahkan dokter itu juga tahu kalau suami Agni telah menikah dengan sahabat Agni. Dokter itu tahu dari sahabat Agni sebelum malapetaka itu terjadi. Dokter itu tahu betapa busuknya selama ini seorang Andra Hermawan. Bahkan jauh sebelum Agni mengenal Andra Hermawan dokter itu tahu baground lelaki itu dan Dokter itu ingat siapa Hermawan. Andai saja tidak ada lelaki berpakaian hitam di depan ruangan Agni saat ini dia akan meminta Agni untuk bercerai dengan Andra. Apa dia katakan saja yang sejujurnya, jika Andra sudah menikah di lombok? “Apa kamu tahu kalau suami kamu berselingkuh dengan Anjani?” pertanyaan itu sontak saja membuat Agni terdiam. Agni tidak akan bercerita perihal ini pada orang lain. Agni tidak mau ada yang terluka jika dia bercerita mengenai hal ini. Agni rasa Andra juga sudah berubah, buktinya dia selalu memperhatian Agni meski pun mereka berbeda wilayah. Bahkan Anjani tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di rumah mereka. Berarti besar kemungkinan perempuan yang menjadi dokternya saat ini tahu mengenai hal ini dari seseorang yang dia temui saat bulan madu. Siapa lagi jika bukan Gilang Surendra. Kekasih dari sahabat Agni yang kabarnya hilang bak ditelan bumi. Besar kemungkinan perempuan bernama Fara yang notebennya kakak iparnya pasti mendengar cerita itu dari Gina—sahabatnya. Hanya dua manusia itu yang tahu mengenai busuknya Andra selama mereka berpacaran. Selebihnya tidak ada yang tahu karena Agni pikir Andra akan berubah dengan seiring berjalannya waktu dan Andra juga mengatakan padanya kalau Andra di ancam oleh Anjani. Apa dia jelaskan saja ya? “Benar Andra berselingkuh dengan Anjani. Tapi itu dulu, Kak Fara. Jauh sebelum aku tahu kalau Anjani mengancamnya.” penjelasan Agni di mata Fara sangat membela suaminya atau mungkin Anjani sudah termakan hasutan manis Andra makanya perempuan yang notebene adik iparnya ini sangat mudah sekali memaafkan kesalahan Andra. Fara juga tidak berani mengatakan kondisi Agni pada keluarga Maheswara. Sebab jika mereka tahu terlebih suaminya—Farel tahu, Fara sangat yakin Andra dan keluarganya akan dapat masalah besar. Cuma permasalahannya sekarang adalah bagaimana Fara bisa keluar dari ruang rawat Agni dengan selamat? “Buka mata kamu, terkadang kebenaran itu terungkap tanpa kita sadari. Aku pamit ya, Agni. Jaga kesehatan kamu dan semoga Tuhan selalu melindungi kita semua.” Fara keluar dengan bekas air mata di wajahnya. Agni yang bingung dengan perkataan Fara hanya bisa terdiam kaku di tempatnya. Namun, saat dia beranjak menyusul Fara, seseorang dengan sebilah pisau di tangannya berlari ke arahnya. Agni yang paham situasi ikut berlari ke arah Fara tidak peduli kondisi janin di perutnya saat ini. Bahkan ketakutan-ketakutan yang dia rasakan seakan merebak ke dadanya dan terkumpul di kepalanya menjadi sebuah praduga yang begitu menyeramkam. “Dokter awas!!” “Agni!” Fara melotot. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan jatuh ke lantai. Sedangkan Agni yang berdiri di tempatnya terdiam kaku saat merasakan sebuah pisau yang biasa dia gunakan untuk memasak menggores kedua tangannya. Ya, Agni menahan pisau itu melukai perutnya. Mata Agni menatap tajam orang yang sengaja melukai Fara di depan matanya. Teriakan histeris sekitarnya tidak Agni hiraukan. Wajah ketakutan orang di depan Agni saat ini, membuat Agni paham apa maksud dari perkataan Fara. Agni tahu, sejak dia di rawat di rumah sajit ini, Fara seakan berniat memberitahu sesuatu padanya, tapi dia takut dengan dampak yang akan dia terima dan sekarang Agni teringat perkataan Andra sejak awal mereka menikah. Andra tidak main-main dalam hal melukai seseorang. Entah karena luka di tangannya atau karena luka di hatinya, Agni menangis tanpa dia sadari. Membuat lelaki berpakaian hitam yang selalu menjaga ruangan Agni, menutupi tangan Agni dengan kain supaya lukanya tertutupi sementara dan lelaki itu bersama ART yang entah datang dari mana membawa masuk Agni ke ruangannya dengab berpesan pada petugas keamanan untuk mengamankan orang tersebut. Sedangkan Fara yang terdiam di depan ruangan Agni tidak bisa melakukan apa-apa karena dia sendiri juga masih kaget dengan apa yang terjadi saat ini. Hingga lelaki berpakaian hitam tadi keluar dari ruangan Agni setelah dokter yang menangani Agni tiba, “Sudah saya katakan, jangan main-main dengan keluarga Hermawan. Walau mereka tidak menonjol mereka orang paling mengerikan di sini ini.” bisikan itu membuat Fara hampir saja terjatuh jika lelaki itu tidak menahannya dan membisikkan sesuatu yang membuat air mata Fara luruh seketika. Lelaki berpakaian hitam dengan penutup wajah tersebut membiarkan Fara menangis di depan ruangan Agni. Sebab apa yang dia bisikkan adalah kebenaran yang sangat menyakitkan bagi semua orang. Sebuah rahasia Hermawan yang tidak pernah terendus oleh siapa pun. Rahasia yang terkubur dengan rapat sampai detik di mana lelaki itu memberitahukannya. “Kita lihat, sejauh mana kebodohan kamu terulang.” ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN