“Sayang, mas kangen banget!” kata Bagas dengan nada sendu, menatap sang istri yang terlihat kurus, bahkan lebih kurus dari saat menikah dengannya. Ia merasa membuat Fara susah dan menjadikannya seperti ini. “ Mas . . . ehm . . . aku juga!” katanya dengan nada malu malu. Pipinya merona karena malu, ia meruntuki dirinya yang kayak anak SMA yang jatuh cinta saat bersama dengan sang suami. Boleh kan kalau ia bilang Bagas sekarang adalah suaminya yang satu satunya? “Gimana dengan pemakaman Una, mas?Bagaimana bisa ia meninggal mas?” tanya Fara engan nada sendu. “Memang sudah menjadi suratan takdir dirinya, yang! Banyak hal yang membuat Una semakin parah, salah satunya ketidak jujuran Una . . . sehingga kita tidak bisa menangani dengan cepat penyakitnya.” kata Bagas sambil menghela nafasnya