Qiana Pov Sebenarnya aku merasa marah dan kecewa karena Kak Bhanu yang tak merespon pesan dan panggilan dariku. Memangnya pekerjaannya sesibuk apa sih sampai tidak sempat untuk sekedar membalas pesan? Tapi, lagi-lagi aku harus berlapang d**a dan berhusnuzon setelah mendengar alasannya tadi. Posisi kami masih saling berpelukan dengan tanganku yang menepuk-nepuk punggungnya. “Maafin aku, Qia.” Aku tersenyum saja di balik punggungnya. “It’s okay, aku paham. Hanya saja lain kali, please, tolong kabari aku kalau mau pulang terlambat. Aku hanya takut terjadi sesuatu yang buruk, Kak.” Aku berusaha jujur agar Kak Bhanu tidak berpikiran negatif tentangku yang terlalu cerewet, terlalu mengekang atau posesif. Aku hanya ingin dikabari untuk memastikan keadaannya, itu saja. “Oke, Sayang. Insya Al