Vivian terpaku di tempatnya. Tubuhnya menegang saat Leonard berdiri begitu dekat, hingga ia tanpa sadar mundur merapat ke dinding. Nafasnya tercekat melihat sorot mata pria itu yang kini lebih dalam, lebih intens dari biasanya. Leonard mencondongkan tubuhnya sedikit, hingga hanya ada jarak tipis di antara mereka. Suaranya berat dan dalam, nyaris seperti bisikan, “Bersiaplah...untuk nanti malam.” Vivian hampir tak bisa berkedip ketika pria itu perlahan menjauh, melangkah pergi meninggalkannya sendirian di ruang makan. Detik-detik setelahnya, Vivian masih belum bisa bergerak. Kata-kata Leonard bergema di benaknya, membuat dadanya bergetar hebat. Bersiap untuk apa? Apa yang akan terjadi malam nanti? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui kepalanya, menyisakan debaran tak menentu yang menye