***
Dengan amarah yang memenuhi jiwanya, Alea masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras, membuatnya tidak mungkin tidak terdengar oleh Victor dan Mary yang sedang berada di meja makan.
Alea menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, mengerang singkat saat tangannya yang cedera tertimpa oleh tubuhnya sendiri. Namun, rasa sakit itu terabaikan, tenggelam dalam kobaran emosi yang meluap di hatinya.
Ia menarik bantal dan menekannya ke wajah, berteriak sekencang-kencangnya, “Aaaakkkhhhhh…!” Suaranya tenggelam, namun luapan emosinya terasa jelas.
Meski wajahnya tertutup bantal, napasnya yang tersengal membuat dadanya naik turun dengan cepat.
“Dasar wanita jalang! Wanita k*****t! Wanita sialan!” teriaknya lagi dengan penuh dendam. “Kamu sama saja dengan sahabatmu yang menyebalkan itu! Aku benci
