Delia menatap sedih keluar jendela, ternyata anaknya tidak kunjung datang setelah menjanjikan kalau dirinya akan ke sini untuk mencicipi kue buatannya. Anaknya tidak menepati janjinya untuk datang. Kesedihan itu semakin dirasakan Delia dari hari ke hari karena dia bahkan jarang berkomunikasi dengan sang anak. Dulu dia pikir hal ini akan mempermudahnya jika dia berjauhan bersama dengan sang anak dan hanya menghidupi dirinya sendiri. Namun kenyataanya, Delia tidak bisa hidup tanpa anaknya. Dia membutuhkan Adam di sisinya yang memberinya alasan untuk tetap hidup. Kini, dia selalu pulang tanpa seseorang yang bisa dia ajak diskusi. Dan Delia benar benar menyesali perbuatannya karena telah mematahkan semangat sang anak sebagai penulis. Kini Delia benar benar merasa terbuang karenanya, rasa sed