CHAPTER 14

1035 Kata
Pacaran, itulah status mereka sekarang. Dimana sekarang ini Sindy bergelayut manja pada Adam dan mencurahkan semua isi hatinya. Mengatakan betapa beruntungnya dia menjadi kekasih seorang Adam yang memiliki wajah yang tampan dan seorang penulis. Setelah pengungkapan itu, kini keduanya berakhir saling memeluk satu sama lain di atas ranjangn dikarenakan Sindy tidak ingin beranjak dan tidak ingin melakukan kegiatan apapun. Berubah seratus delapan puluh derajat dimana kini Adam bisa melihat sisi Sindy yang begitu manja padanya, bahkan setiap kalimat yang keluar dari bibirnya terdengar seperti tengekan. “Apa orangtuamu akan baik baik saja jika kau berpacaran denganku?” Tanya Adam memastikan lagi. Dan itu membuat Sindy mendongkak sekketika dan memberikan tatapan nyalangnya, memberitahu kalau dia tidak menyukai kalimat tersebut. “Aku hanya bertanya saja. Jujur, mantan terakhirku memutuskanku karena aku belum mampu dalam segi finansial, dan aku tidak mau itu terjadi juga padamu. Kalau aku sudah jatuh cinta, aku akan memberikan segalanya untuk orang itu, dan aku takut aku akan kehilanganmu bahkan saat hubungan ini baru dimulai oleh kita,” ucapnya jujur sambil mentap langit langit kamar. “Kau tidak akan kehilanganku sama sekali, aku milikmu dan aku benar benar jatuh cinta padamu. Tentang keluargaku, kita akan bertemu dengan mereka minggu depan. Aku akan dengan bangga memperkenalkan dirimu pada mereka.” “Secepat itu? Bukankah seharusnya kita menunda dulu?” “Apa maksudmu?” Tanya Sindy dengan raut wajah yang tidak suka. “Kau hanya memiliki banyak ketakutan, dan berhentilah melakukannya. Lebih baik focus saja pada diri kita, jangan pada yang lain.” Begitu kata Sindy mengakhiri kalimatnya dengan merangkak naik ke atas tubuh Adam yang sedang terbaring. “Apa yang kau lakukan?” Tanya Adam kaget. “Aku merindukanmu, aku mencintaimu. Ayo bercinta sekali lagi denganku,” ucapnya sambil membungkam bibir Adam dengan ciuman. Akhirnya pada siang itu, mereka melakukannya lagi. Tubuh Sindy terhentak hentak dengan penuh kenikmatan. Inilah alas an Adam tidak akan pernah bisa menolak, Sindy memiliki tubuh yang sangat indah, dia juga cantuk. Masalah cinta, Adam belum terlalu mendapatkannya mengingat mantannya masih mengisi relung hatinya. Namun, dia juga tidak akan menolak jika disuguhkan seogok daging seksi seperti ini. “Adamm… akhhhh…” rengek Sindy saat tubuhnya ditusuk dari belakang sana. Begitu nikmat hingga membuat pinggangnya bergetar dengan kuat dan melakukan pelepasan. Sindy memejamkan matanya merasakan kenikmatan itu, tersenyum puas bahkan saat rambutnya dijambak oleh pria itu. “Kau menyukainya? Kau suka saat aku menjambakmu seperti ini hah?” “Akhhh! Akhh! Lagi! Lagi!” Ternyata, Sindy adalah perempuan yang menyukai kekerasan dalam berhubungan hingga membuat Adam semangat untuk menyakitinya dan berakhir dengan hentakan yang membuat Sindy tersungkur dan mendesah dengan panjang karenanya. Melihat itu membuat Adam kembali merasa keras. Dia langsung memsukan miliknya tanpa aba aba dan membuat perennpuan itu mendesah panjang karenanya. Dalam kegiatan itu, mereka berakhir sampai siang hari dimana Sindy menjadi tidak memiliki tenagaa dan terkapar di atas ranjang. Melihatnya membuat Adam terkekeh, dia menaikan selimut untuk menutupi tubuh sang kekasih. Tidak buruk juga memiliki pelampiasan nafsu seperti ini. “Kau mau kemana?” Tanya Sindy dengan suaranya yang parau. “Hanya ke kamar mandi, tidurlah lagi. Aku hanya ingin membersihkan diri.” Dan Adam selalu merasa tubuhnya bugar setiap kali selesai berhubungan badan dengan Sindy. Begitu keluar dari kamar, Adam melihat Sindy yang terkapar. Dia hanya tersenyum dan memilih keluar dari ruangan itu sambil membawa laptopnya. Adam perlu untuk mengejae cita citanya agar dia bisa sepadan dengan Sindy dan tidak lagi rendah diri jika suatu saat nanti hubungan keduanya berhasil. *** Adam memilih untuk duduk di kursi panjang yang ada di samping danau sambil menuliskan cerita miliknya. Dia memang belum mendapatkan apapun dari cerita miliknya, bahkan penggemar saja tidak ada. Jadi Adam memutuskan untuk menamatkan cerita terlebih dahulu supaya orang orang itu sadar kaalau kenyataannya mereka telah melewatkan cerita yang begitu menakjubkan. Namun cerita miliknya yang telah dipublikasi di sana dipilih untuk ditarik terlebih dahulu. Harga dirinya terlalu tinggi sampai tidak ingin disebut, “Orang ini memiliki banyak cerita di website ini, tapi tidak ada satupun yang membacanya. Kasihan sekali.” Karena itulah Adam memilih untuk menarik terlebih dahulu sampai salah satu karya miliknya popular. Hingga suara gelas jatuh membuat Adam menoleh, di dalam sana dia melihat sosok perempuan yang sedang memasak di dapur. Sindy sepertinya sudah bangun, tapi Adam ingin focus dulu menulis, setidaknya dia harus menyelesaikan sekitar 500 kata sambil duduk sekarang ini. PRANK! Lagi lagi suara sesuatu pecah membuatnya terganggu, Adam kembali menoleh dan mendapati Sindy yang melakukan hal yang sama. Dalam posisi membelakangi, Adam melihat sosok itu sedang berjongkok membersihkan sisa pecahan kaca kemudian kembali berdiri dan memotong motong sayuran. Satu kali, dua kali benda jatuh masih Adam biarkan. Sampai ketiga kalinya, Adam memutuskan untuk menutup laptopnya dan meninggalkannya di sana. Dia harus memastikan kalau perempuan itu baik baik saja. “Apa yang sedang kau lakukan, Sindy? Apa kau baik baik saja?” Tanya Adam masih dari luar pintu, dia melihat jendela terbuka jadi dia yakin kalau Sindy bisa mendengarnya meskipun Adam bicara dari luar. “Kenapa kau terus memecahkan barang? Tidurlah jika masih lelah, biar aku yang membuat makan siang. Kau ti….,” ucapan Adam terhentikan saat dia membuka pintu dan tidak mendapati siapapun di sana. Jantungnya kembali bedetak dengan kencang, bahkan tidak ada sisa pecahan kaca ataupun sayuran yang sedang dipotong potong. Dapur itu bersih sepertu sebelumnya, bahkan tidak ada tanda orang yang selesai melakukan kegiatan di sana. Untuk memastikannya lagi, Adam melangkah masuk ke dalam kamarnya dimana dia masih melihat Sindy terbaring di sana dalam posisi yang sama. Kini dia hanya bisa mematung, merasakan keanehan ini semakin mengambil alihnya, tidak mungkin suku dari hutan yang turun karena sebelumnya Adam benar benar melihat sosok yang tubuhnya bahkan gaya berpakaiannya sama dengan Sindy. “Kau baik baik saja?” Adam terkejut bukan main saat mendengar bisikan itu, dia menoleh ke segala arah dan tidak mendapati siapapun di sana. “Siapa di sana?! Jangan bermain main denganku!” Saat itulah Sindy terusik dari tidurnya. “Adam, kau kenapa?” “Tempat aneh,” ucap Adam masih panic sebelum akhirnya dia berlari dari pondok itu, mengabaikan Sindy yang memanggilnya terus menerus. “Adam!” teriak Sindy dengan kesal, dia melempar bantal saat mendengar suara motor melaju. “Sialan sekali kalian, aku bilang kan diammmm!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN