Faraz tidak pernah menyangka bahwa kakak brengseknya itu menikah juga. Tapi bukan dengan Bianca, melainkan dengan perempuan yang jauh lebih cantik dibandingkan dengan Bianca. Kakaknya pernah mengatakan bahwa perempuan itu berasal dari kalangan orang yang biasa. Tidak seperti Bianca, yang hidupnya selalu mewah. Namun, sbrengsek apa pun kakaknya. Begitu pandai dia mencari istri yang cantik dan juga tubuhnya begitu mungil dan menggemaskan. Beda tipis dengan Nila—istrinya.
Dia tidak munafik, Nila juga begitu cantik dan juga tubuhnya yang kecil sangat membuat Faraz kadang penasaran. Dari segi usia juga tentu saja Nila itu masih sangat muda. Usianya yang baru tujuh belas tahun. Tapi karena bayi yang ada dikandungan Nila itu merupakan darah dagingnya. Mengingat bagaimana Sarah dengan keras kepala datang ke rumahnya karena Faraz tidak mau bertanggungjawab waktu itu. Dia ingat dengan baik bagaimana Sarah langsung nekat datang ke rumahnya bersama dengan Nila.
Mengenai Bianca. Perempuan itu belum tahu tentang pernikahan Rasya yang akan digelar hari ini juga. Akad nikah sudah selesai pagi tadi. Dan dilanjutkan dengan resepsi di hotel milik keluarga besar Faraz.
Aulia memang cantik, tidak salah jika kakaknya akan jatuh hati dan memilih gadis itu menjadi istri. Faraz juga tidak menyangkal bahwa gadis cantik itu akan menjadi pelabuhan terakhir kakaknya. Mengingat kakaknya yang selalu One Night Stand dengan beberapa perempuan. Bahkan Bianca sendiri masuk ke dalam kategori pemuas nafsu sialan kakaknya. Bianca sudah tidak perawan lagi karena perbuatan kakaknya. Karena Bianca yang dia tahu sedang liburan ke luar negeri. Mungkin Rasya sudah tahu hal itu makanya dia memilih jadwal yang begitu baik agar pernikahannya berjalan dengan lancar.
Mamanya membawa Nila ke salon. Entah, apa yang direncakan oleh mamanya membawa Nila ke pesta ulang tahun. Padahal mamanya tahu sendiri bahwa dia tidak akan pernah bisa menerima istrinya yang bisu itu. Bukan hanya itu, Faraz juga menganggap bahwa istrinya sumber sialnya karena bayi yang ada di dalam kandungannya itu benar-benar menganggu.
Faraz menunggu di hotel karena mamanya belum juga datang membawa Nila. Bagaimana nanti pertanyaan orang-orang kepada dirinya? Apalagi undangan orang tuanya bukan main-main. Ribuan orang di undang ke acara pernikahan kakaknya ini. Semenjak berencana menikah, Rasya selalu dimanja oleh orang tuanya. Padahal, dulu kakaknya paling tidak disukai oleh orang tuanya karena selalu mempermainkan perempuan. Sudah begitu banyak orang tua dari kekasihnya yang datang untuk meminta dinikahi karena anak mereka dibuat sakit hati oleh perbuatan Rasya. Sehingga papanya harus menghela napas panjang setiap kali ada orang tua yang memaksa untuk anaknya dinikahi. Tapi, bukan Rasya namanya jika dia tidak pandai mengelak. Itulah yang Faraz tahu.
"Raz, sudah lama?"
Faraz membalikkan tubuhnya ketika dia sedang fokus pada ponselnya barusan. Dia mendengar suara itu tidak asing lagi. Itu adalah suara mamanya yang baru saja pulang dari salon.
Faraz tercengang, bayangkan saja jika kali ini dia merasa tubuhnya membatu seketika saat melihat istrinya mengenakan gaun yang begitu cantik. Ditambah lagi dengan perut buncitnya yang mungil di sana ada bayinya yang tidak dia harapkan untuk lahir. Riasan diwajah Nila begitu terlihat sederhana tapi tetap terlihat begitu cantik.
"Oke, Mama mau bunuh aku di sini kayaknya!" rutuk Faraz di dalam hati ketika melihat istrinya yang mendekatinya dan tersenyum. Tidak ada sepatu hak tinggi, tidak ada barang mewah. Yang ada adalah gaun cantik yang menempel ditubuh Nila. "Tuhan, cobaan pertama yang berat. Mama sengaja lakukan ini. Di perut itu, ada anak gue," sambungnya. Tapi tetap saja mamanya hanya tersenyum ketika dia fokus menatap Nila.
Dewi tahu bahwa anaknya ini sedang mengagumi kecantikan Nila. Dia memang sengaja membawa Nila ke salon. Dia ingin agar anaknya sedikit saja membuka mata bahwa Nila ini memanglah cantik. Bukan dari segi wajah saja. Tapi, hatinya juga begitu baik. Dia yang begitu tegar. Apa pun yang dikatakan Faraz dia hanya tersenyum tanpa pernah mengeluhkan perbuatan sialan Faraz yang menyebalkan itu.
"Ya udah, tunggu apalagi. Sana berdiri disamping kakak kamu!"
"Harus ya, Ma?"
"Foto doang, nanti juga digantikan sama Mama dan Papa," perintah mamanya.
Karena di sana sangat ramai. Tidak mungkin dia menjatuhkan harga dirinya lagi seperti waktu itu dia kabur diacara pernikahannya. "Ayo!" Faraz mengulurkan tangannya. Dewi tahu bahwa dari tatapan mata Nila ada keraguan yang tidak bisa dia ucapkan. Namun, Dewi tetaplah ingin agar anaknya dan juga menantunya bersatu. Di keluarga besar mereka sangat mengharamkan yang namanya perceraian. Maka, bagaimanapun usahanya mereka akan tetap membuat Faraz dan Nila bersatu.
Mereka itu serasi, tapi sayangnya Faraz yang otaknya mungkin sedang diperjual belikan di restoran nasi Padang karena kegoblokannya yang kemungkinan memang butuh otak.
Dewi tersenyum ketika dia melihat anaknya dan juga menantunya sedang berdiri saat foto keluarga besar yang di mana dia juga ada di sana.
Saat acara berlangsung, Faraz yang kemudian membiarkan istrinya sedang duduk menikmati makanan apa pun di sana yang tersaji. Karena mamanya bilang jika Nila sangat susah makan karena kehamilannya. Tidak pernah dibayangkan oleh Faraz jika memang perempuan itu akan mengandung anaknya.
Di awal makan bersama. Faraz terganggu karena Nila yang beberapa kali hendak muntah ketika sedang makan. Namun, orang tua dan juga kakaknya sudah terbiasa dengan kejadian itu. Ketika Faraz protes, tentu saja sumpah serapah dari mulut mamanya keluar menyumpahi dirinya yang merasakan ngidam itu seperti apa.
Dia hanya bisa bersabar ketika kakak dan juga orang tuanya menyudutkan dirinya ketika menyalahkan Nila yang tidak usah hamil. Namun, mengingat sumpah mamanya, Faraz merasa begitu ngeri. Pasalnya sumpah seorang ibu itu pasti akan terjawab cepat atau lambat. Dan itu yang ditakutkan oleh Faraz. Dia pikir perempuan saja yang bisa ngidam. Tapi ketika mendengar cerita papanya bahwa ngidamnya laki-laki yang begitu parah membuat Faraz sedikit sadar kemudian dia bisa menerima mual-mual Nila dengan baik.
Dibentak mamanya itu sama dengan bentakan seorang sopir ketika dia nyebrang sembarangan dibunyikan klakson dengan rem yang berdecit keras sehingga membuat telinga sakit ketika mendengarnya. Belum lagi umpatan sopir itu yang begitu kasar saat dia hampir tertabrak. Begitulah kira-kira gambaran ketika dia dimarahi oleh sang mama.
Ketika dia melihat istrinya makan dengan lahap, tidak ada komentar apa pun. Itu adalah istrinya. Itu adalah perempuan yang sudah merawat janinnya dengan baik. Seperti kata mamanya, jika Faraz menggugurkan kandungan Nila. Maka sumpah mamanya yang mengatakan dirinya akan mandul seumur hidup itu adalah kejadian di mana yang sangat dia takutkan.
Nila mengangkat piringnya yang menandakan bahwa dia menawari Faraz. "Nggak apa-apa, kamu lanjut makan aja! Mau makan yang lainnya juga? Aku ambilin sekarang," Nila menggeleng dengan cepat. Tidak usah jatuh cinta dengan Nila. Tapi perhatian kepada janinnya sudah cukup! Oke itu nasihat dari mamanya begitu dia berusaha menerima bayinya yang ada dikandungan itu.
Rekan bisnis papanya pun mendekatinya bersama dengan anak perempuan dan juga istrinya. Faraz menjabat tangan dan meminta Nila berhenti makan untuk sejenak.
Dari kejauhan, Dewi melihat Faraz dan Nila menyambut tamu dengan begitu baik ketika mereka sedang dihampiri. Tapi, ketika melihat ada seorang gadis yang dibawa oleh mereka. Dan mengingat sikap Faraz yang otaknya ketinggalan di rumah, maka dari itu dia pergi untuk menghampiri mereka.
"Ini istri kamu? Dari tadi saya lawan bicara kok nggak mau ngomong?" ucap pria itu dengan sedikit menyindir.
Dewi langsung mengampiri dan merangkul Nila. "Iya, menantu saya nggak bisa ngomong,"
Pria itu mengangguk, "Oh, kok bisa keluarga terpandang seperti anda nggak bisa cari menantu?" ini adalah tamparan pertama. Tapi, Dewi tetap akan berjuang untuk menantunya selama dia masih ada. Melihat tatapan gadis yang berdiri disamping Faraz seperti ingin menelan anaknya hidup-hidup membuat Dewi pasang badan takut jika itu adalah perempuan yang akan merebut anaknya. Karena dia tahu bahwa Faraz menikah hanya karena tanggungjawab saja. Bukan karena cinta.
Sekitar pukul sepuluh malam, acara selesai.
Faraz dibiarkan di hotel itu bersama dengan Nila.
Terdengar suara barang jatuh dari kamar mandi. Faraz segera berlari ke sana dan melihat keadaan apakah Nila yang jatuh karena licin atau apa.
Begitu dia masuk ke kamar mandi. Dia melihat istrinya tak mengenakan pakaian sehelai pun. Tubuhnya yang begitu polos, d**a yang tidak terlalu besar. Perut yang sudah membuncit. Ditambah lagi dengan kulit putih yang begitu bersih.
Dengan sekuat tenaga dia menelan salivanya. "Ah, maaf," ucapnya begitu dia tersadar jika istrinya langsung mengambil jubah ketika baru selesai mandi malam itu.
Faraz kembali lagi ke tempat tidur. Membayangkan Nila yang seperti barusan membuatnya sedikit mengernyit, dan satu hal yang terjadi saat ini adalah. Dia turn on dan ingin jika nafsunya diatasi. "b*****t, gue malah terangsang."
Suka? jangan lupa vote dan follow author juga ya. Terima kasih banyak.