Bab 01

880 Kata
Musik berdentum kencang, memenuhi ruangan dengan getaran yang mengguncang d**a. Lampu-lampu disko menari liar di langit-langit klub malam eksklusif yang ramai oleh pengunjung. Asap tipis dari mesin kabut menambah suasana mencekam namun memikat, seolah menciptakan dunia tersendiri— dunia yang dipenuhi dengan kebisingan, kegembiraan, dan kebebasan semu. Di sudut ruangan VIP yang sedikit lebih gelap dari bagian lainnya, seorang pria berdiri diam. Jas hitamnya terlihat kontras dengan lampu warna-warni yang melintas cepat, tak menyentuh kesan elegan yang membalut tubuhnya yang tinggi dan tegap. Wajahnya tegas, maskulin, dengan garis rahang yang kokoh seperti pahatan batu. Hidungnya mancung, matanya tajam, dan bibirnya membentuk garis lurus tanpa senyum. Mario Ardani. Pria berusia 33 tahun itu tidak tersenyum, tidak juga bersorak seperti tamu-tamu lainnya. Matanya hanya terfokus pada satu titik. Pandangannya lurus ke depan, ke arah panggung DJ yang kini dikuasai oleh seorang perempuan muda yang begitu ia kenal. Viola Yarsani. Adik sepupunya. Gadis berusia 25 tahun itu tampak begitu hidup di balik perangkat DJ. Rambut hitam panjangnya dikuncir tinggi, berayun setiap kali kepalanya bergerak mengikuti irama musik. Tubuh rampingnya berpakaian hitam mengilap yang memperlihatkan perut rata dan pinggang mungilnya. Jemarinya lincah, memutar tombol, menyambung irama, menghidupkan suasana. Sorot matanya fokus, bibirnya tersenyum lebar. Viola tampak seperti sedang berada di dunia miliknya sendiri. Tapi tidak bagi Mario. Ia tidak melihat Viola sebagai DJ profesional yang sedang menikmati pekerjaannya. Ia tidak bisa. Bagi Mario, Viola adalah pusat dari segala ketertarikan yang sudah lama tumbuh dan mengakar dalam dirinya. Ketertarikan yang aneh, tak terjelaskan, dan penuh obsesi. Ia tidak pernah bisa memandang Viola seperti sepupu biasa. Setiap gerakan gadis itu, setiap tawa, setiap langkah— semuanya seperti racun manis yang menyesakkan dadanya. Ia ingin melindungi, mengawasi, bahkan… menguasai. Dan malam ini, obsesi itu hampir meledak. Seseorang dari kerumunan mulai bertindak kurang ajar. Seorang pria bertubuh besar, mengenakan kemeja putih yang terbuka hingga d**a, rambutnya disisir ke belakang dengan gel pomade yang mencolok. Wajahnya mabuk, dan mulutnya tak henti-hentinya melontarkan siulan dan teriakan menggoda ke arah Viola yang tak menyadari kehadirannya terlalu dekat. Pria itu naik ke atas panggung, mendekati meja DJ dengan uang kertas di tangan. Ia melambai-lambaikan lembaran ratusan ribu rupiah dan berusaha menyelipkannya ke d**a Viola dengan cara yang tidak sopan, seperti menyawer penari di klub murahan. Rahang Mario mengeras. Dadanya naik turun. Ia menatap kejadian itu dengan kilatan marah yang mulai menyalakan bara di dalam dirinya. Tangan kirinya menggenggam gelas wine dengan kuat, begitu kuat hingga buku jarinya memutih. Ia tidak tahan lagi. Dengan satu gerakan kasar, gelas wine itu dihantamkan ke atas meja. Bunyi dentingan keras memecah udara seiring cairan merah pekat menyembur keluar, menodai taplak meja dan jas mahal yang ia kenakan. Tapi Mario tidak peduli. Langkah-langkahnya lebar dan cepat. Orang-orang yang melihat langsung menyingkir, menyadari aura dingin dan mengancam yang terpancar dari sosoknya. Tidak ada yang berani menghalangi. Dalam hitungan detik, Mario sudah berada di atas panggung, berdiri di belakang pria yang hendak menyentuh Viola. Tanpa banyak bicara, tangan kanan Mario terangkat tinggi dan meluncur dengan kecepatan penuh. Tinju keras menghantam wajah pria itu. Suara tulang beradu tulang terdengar jelas di antara alunan musik yang tiba-tiba mati. Tubuh pria itu terlempar jatuh ke bawah panggung, mengaduh dan menggeliat kesakitan dengan darah mengalir dari bibirnya. Para pengunjung berteriak, sebagian mengangkat ponsel untuk merekam kejadian itu. Viola yang kaget dengan keributan itu langsung menghentikan musiknya. Ia berdiri terpaku, memandang ke arah Mario dengan sorot mata penuh keterkejutan. Nafasnya tercekat. Ia tidak menyangka pria itu akan datang ke sini. Apalagi membuat keributan seperti ini. “Mario… apa yang kamu lakukan?” suaranya nyaris tak terdengar di tengah keramaian. Mario tidak langsung menjawab. Ia berdiri tegak, menatap Viola dari jarak dekat. Sorot matanya dalam, gelap, penuh emosi yang tertahan. Tatapan itu membuat Viola menggigil, seolah Mario bisa melihat menembus ke dalam pikirannya. Dengan suara berat dan nada tegas, Mario berkata dalam bahasa Inggris yang sangat jelas, terdengar di seluruh penjuru klub yang kini sunyi karena semua terfokus pada mereka. “This cheap job is not suitable for you, Viola.” Pernyataan itu menggantung di udara, seperti vonis dari hakim yang tak bisa dibantah. Viola terdiam. Jantungnya berdebar kencang. Ia ingin marah, ingin menjelaskan, ingin berteriak bahwa ini hidupnya, pilihannya. Tapi kata-kata itu seperti tertahan di tenggorokan. Mata Mario terlalu tajam, terlalu dingin, dan… terlalu menyakitkan. Manajer klub dan petugas keamanan mulai menghampiri, tapi Mario tetap berdiri di tempatnya, tak bergeming. Sorot matanya tidak berpaling dari Viola. Bukan hanya amarah yang terpancar dari sana, tetapi sesuatu yang jauh lebih dalam— rasa terikat yang kelam dan berbahaya. Mario Ardani telah melangkah terlalu jauh malam ini. Dan Viola Yarsani mulai menyadari, bahwa ia bukan hanya dilihat sebagai seorang sepupu oleh pria itu. Tapi sebagai sesuatu yang tak boleh disentuh siapa pun— karena sudah terlalu lama menjadi milik batiniah Mario, meski belum pernah benar-benar dimiliki secara nyata. “Kalau kau mau melacur. Lebih baik kau menjadi p*****r ku saja sayang.” Deg! Ucapan dari Mario barusan membuat jantung Viola berdetak kencang penuh amarah. “JANGAN BERBICARA SEMBARANGAN MARIO!” Mario menyeringai mendengar teriakan itu. “Tidak sembarangan sayang. Aku bisa memuaskanmu dan memberimu uang banyak. Tanpa perlu menerima saweran dari penghuni neraka ini.” Mario memperhatikan ekspresi penuh kesal dan amarah Viola begitu lucu sekali. “Pekerjaanmu ini murahan lebih baik jadi murahan saja dibawahku.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN