"Sayang, kamu bukan anak i***t. Akasha itu anak yang paling pinter di dunia!" ucap Eleena ketika dia mendengar Akasha bertanya hal seperti itu.
Eleena tidak tahu apakah itu karena perlakuan pengasuhnya yang selama ini menyiksa Akasha hingg Akasha tidak memiliki kepercayaan diri dan percaya pada hal-hal buruk yang orang lain katakan. Eleena tidak ingin Akasha seperti itu, anak sekecil Akasha yang seharusnya bangga dan sombong, apalagi dia adalah tuan muda dari keluarga Bahuwirya.
Keduanya sedang berada di dalam ruang ganti salah satu toko yang mereka kunjungi.
"Tapi tadi-" Akasha menatap Eleena dengan keraguan di matanya.
"Akasha," panggil Eleena. "Enggak ada orang pinter yang manggil seseorang i***t. Nanti kalau ada orang yang manggil Akasha i***t, itu berarti dia sendiri yang i***t, ngerti?"
"Gitu, ya, Tante?"
Eleena mengangguk, meyakinkan Akasha. Anak itu tersenyum, dua mata bulatnya bersinar dengan cerah. "Kalau gitu mereka kasihan, ya, Tante," ucapnya dengan suara kekanak-kanakan.
"Iya, makannya Akasha diemin aja kalau ada orang kaya gitu. Oke?"
Kepala kecil berbulu Akasha mengangguk seperti ayam yang mematuk nasi. Eleena tertawa geli, mengelus rambut lembut anak itu. Hatinya terasa lembut, dia sangat menyayangi Akasha bahkan jika mereka baru beberapa hari ini bertemu.
Setelah mencoba pakaian dan membelinya, Eleena merasa lapar. Dia membawa Akasha ke salah satu restoran yang berada di dalam mall.
Keduanya duduk di salah satu kursi, memesan makanan dan ketika makanan tiba, mereka mulai menyantapnya. Untuk Akasha, Eleena membelikannya fried chicken, makanan yang disukai setiap anak di dunia. Akasha senang, kaki pendeknya bergoyang di bawah meja.
Karena merasa lucu, Eleena memotret Akasha yang sedang mengunyah dan menggigit makanannya dengan pipi menggembung. Eleena tertawa pelan, mengirimkan foto itu pada Abimanyu.
To Pak Abimanyu
-foto-
Masih inget anak?
Setelah itu Eleena meletakan kembali ponselnya tanpa menunggu balasan dari sang suami di seberang sana.
**
Di kantornya, Abimanyu sedang mengadakan rapat bersama para bawahannya di perusahaan ketika suara dentingan ponsel terdengar dan membuat sunyi seluruh ruangan.
Orang-orang berjas yang duduk mengelilingi sebuah meja berbentuk oval saling memandang dengan gugup, bertanya-tanya orang sial mana yang lupa mematikan ponselnya di dalam rapat. Semua orang tahu jika Abimanyu paling membenci orang yang tidak bisa membedakan mana pekerjaan dan mana urusan pribadi.
Mereka saling menatap dengan keringat dingin di tubuh mereka, apalagi ketika tatapan tajam dan dingin Abimanyu mengedar, seolah menusuk satu-persatu orang-orang yang ada di dalam ruang rapat. Leon yang duduk di sebelah Abimanyu mencondongkan tubuhnya sedikit.
"Ponsel anda berdering, Pak," bisik Leon dengan suara pelan.
Namun karena ruangan yang begitu hening, suara bisikan Leon masih terdengar ke telinga orang-orang di sebelahnya.
Selanjutnya, semua orang melihat Abimanyu dengan wajah tampa ekspresi mengambil ponselnya. Dan beberapa detik kemudian ke dua sudut bibir pria itu tertarik ke atas. Abimanyu tersenyum.
Semua orang tercengang, penasaran dengan hal yang membuat Abimanyu yang selama ini memiliki kelumpuhan wajah tiba-tiba tersenyum kecil seperti itu. Mereka menahan diri untuk tidak mengambil ponsel dan memotret, menyebarkan wajah tersenyum Abimanyu ke grup gosip perusahaan.
Bahkan orang yang sedang menjelaskan laporannya di depan juga ikut diam.
Abimanyu mengetik beberapa kata dan akhirnya menaruh kembali ponselnya di atas meja. Setelah itu bibirnya kembali turun dan tanpa ekspresi. "Lanjutkan!" titah Abimanyu.
**
From Pak Abimanyu
Saya ingat, saya juga ingat kalau saya punya istri. Kamu jangan khawatir.
Eleena mendengus, merasa kesal dengan balasan Abimanyu. Siapa juga yang khawatir? Dasar pria super narsis!
"Kenapa Tante?" tanya Akasha yang bingung dengan perubahan raut wajah Eleena.
"Enggak pa-pa. Ayo pulang!" Eleena menuntun Akasha keluar dari mall setelah puas berbelanja.
Akasha mengangguk, kaki kecilnya mengikuti langkah kaki Eleena.
**
Di malam hari, Eleena dan Akasha makan malam seperti biasa. Eleena sibuk memasak di dapur sedangkan Akasha bermain dengan robot-robotannya. Sesekali Eleena mengecek apa yang dilakukan Akasha karena takut anak itu berlarian dan mengalami kecelakaan.
Ketika keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing, suara pintu terbuka terdengar membuat Eleena dan Akasha menoleh secara bersamaan. Eleena mematikan kompornya, ingin melihat siapa yang masuk ke dalam rumah. Namun belum sempat dia pergi, Abimanyu masuk ke dalam dapur dengan jas yang terlampir di salah satu lengannya.
"Kamu masak?" tanya Abimanyu, dia agak kaget karena Eleena ternyata bisa memasak.
Eleena kembali memasak tanpa menghiraukan pertanyaan Abimanyu.
Kening Abimanyu bertaut karena Eleena yang mengabaikannya. Dia menaruh jasnya di atas meja makan, melonggarkan dasi dan membuka dua kancing kemejanya, Abimanyu berdiri di belakang Eleena. "Kamu marah?" tanya Abimanyu.
Eleena berdecih dan balik bertanya, "Kenapa saya harus marah?"
Abimanyu mengangkat alisnya, menatap Eleena dengan bingung. Dia juga tidak tahu mengapa dia merasa jika Eleena sedang marah.
Tidak mendengar jawaban dari Abimanyu, Eleena tahu jika pria itu tidak mengerti. "Minggir! Jangan menghalangi!" usirnya dengan kesal.
Kaki Abimanyu melangkah mundur saat Eleena mendorongnya. "Kamu harusnya menjelaskan pada saya kalau saya salah," ujar Abimanyu. Dia sekarang yakin jika Eleena sedang marah.
"Apa yang harus saya jelasin? Kalau sekiranya Mas sadar apa kesalahan Mas," balas Eleena dengan wajah cemberut.
"Saya enggak tau, itu alasannya saya bertanya sama kamu."
Ketika masakannya selesai, Eleena bolak-balik menyajikan makanan di atas meja makan. Abimanyu membantu, dia mengangkat mangkuk-mangkuk yang cukup berat.
"Akasha, ayo makan!" seru Eleena memanggil anak itu.
Akasha membuang robot-robot yang dia pegang, berlari ke meja makan.
"Jangan lari!" peringat Abimanyu dengan suara tegas.
Langkah kaki Akasha sontak melambat, anak itu menunduk takut-takut ketika harus melewati Abimanyu.
"Ayo duduk!" Eleena mengangkat Akasha, duduk di meja makan. Dia juga menyajikan makanan untuk anak itu, dan ikut duduk di samping Akasha.
Abimanyu menatap anak serta istrinya yang makan tanpa mengatakan apa pun padanya. Dia berdiri canggung di sana, untuk pertama kalinya Abimanyu merasa bahwa dia adalah tamu di rumahnya sendiri.
"Kenapa berdiri terus? Gak mau makan?" tanya Eleena pada Abimanyu.
"Mau!" Abimanyu langsung duduk di atas meja makan, mengambil nasi beserta lauk-pauknya, dia mulai makan masakan Eleena untuk yang pertama kalinya.
Ketiganya makan dengan sangat harmonis, hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar di sepanjang makan malam. Eleena sesekali memisahkan ikan dan tulangnya agar Akasha tidak tersedak ketika makan.
Selesai makan malam, Eleena pergi untuk menonton tv bersama Akasha yang duduk di pangkuannya. Abimanyu sendiri pergi ke kamar untuk membersihkan diri setelah seharian bekerja di perusahaan.
Ketika Abimanyu berjalan ke ruang keluarga, dia melihat Eleena dan Akasha yang sedang menonton tv di sana.
"El, sekarang saya tau kesalahan saya."