Pertempuran tidak bisa dicegah, Sandira segera berdiri dengan bertumpu pada pedangnya. “Kalian mundurlah.” Perintahnya pada semua rekannya yang ada di sana. Sandira sudah siaga untuk bersiap melawan para musuh yang kini sedang menyerbu ke arah mereka. Sein menolak, pria itu ikut berjalan maju dan berdiri tepat di sebelah Sandira. “Sein, kamu?!” Sandira berdecak kesal, dia awalnya ingin mengerahkan kekuatannya untuk menyapu bersih lawan di depan sana. Namun Sein segera menyadari apa yang ingin Sandira lakukan. “Aku tidak akan membiarkanmu melawan mereka seorang diri. Aku harus ikut bertempur dan tetap berjaga di sisimu. Kekuatan pada tubuhmu belum pulih sepenuhnya.” “Sein benar, Dira. Ada kami di sini.” Seru Peter disusul rekan-rekannya yang lain. Mereka ikut menganggukkan kepalany

