Part 15

993 Kata
"Kisah yang kamu ceritakan padaku, sangat indah dan romantis. Apa kamu terlalu banyak menonton film romantis?" Sandira menggaruk kepalanya, pertanda bahwa dia tidak mengerti sama sekali. "Aku sudah menyangka pasti akhirnya akan seperti ini!" Derios menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang melangkah mendahuluinya kembali pulang ke rumah. "Woi tunggu aku!" Teriak Sandira sambil berlari menyusulnya. Gadis itu sangat kencang berlari tapi dia tetap tidak bisa mengejar langkah pria di depannya. "Kamu marah padaku?" Tanyanya saat Derios berhenti melangkah. Pria itu tidak tega membuatnya berlarian terus mengejarnya sepanjang jalan menuju rumahnya. Derios duduk berjongkok di depannya, pria itu menepuk bahunya sendiri. Melihat itu Sandira heran, "Mau ngapain berjongkok? Pundakmu mau capek ya suruh mijitin? Atau kebelet ke WC?" Tanyanya seraya memegangi kedua lututnya karena kelelahan berlari. "Dasar bodoh! Kamu itu pura-pura bodoh? Atau memang benar-benar bodoh?" Derios mulai terlihat kesal, karena Sandira selalu menganggapnya sebagai lelucon konyol atas niat baiknya. Pria itu kemudian segera berdiri dan kembali berjalan mengabaikan Sandira. "Tunggu aku!! Oke, aku akan naik!" Ujarnya seraya memegangi lengannya, agar dia tidak meninggalkan dirinya. Derios tersenyum melihat wajah Sandira basah kuyup oleh keringat, akibat terus berlari mengejarnya. Dia segera mengangkat tubuhnya dalam gendongannya, "Kenapa jadi di depan? Bukannya tadi kamu mau menggendongku di atas punggungmu?" Sandira protes karena dia tidak menggendongnya di punggung. "Tapi lebih nyaman di sini kan?" Ujarnya sambil menyeringai lebar menatap wajah Sandira dalam pelukannya. Gadis itu mengerjapkan matanya merasa canggung. Dia menggenggam erat lengan Derios, berpegangan agar tidak jatuh. Pria itu kemudian melompat dengan satu lompatan melenting tinggi mengepakkan sayapnya terbang membumbung tinggi. Sendiri merasakan angin berhembus menyapu tubuh mereka berdua. Pria itu membawanya terbang tinggi ke langit menuju rumahnya. "Apa kamu tidak khawatir jika seseorang melihat kita terbang seperti ini?" Tanyanya pada Derios. Mendengar pertanyaannya pria itu tersenyum merasa lucu gadis yang berada dalam gendongannya sekarang, benar-benar lugu dan polos. "Kenapa kamu malah tersenyum? apa kamu sedang mentertawakanku sekarang?" Cemberut kesal merasa tidak senang, melihat dia tertawa karena mendengar pertanyaan bodohnya. "Kamu sangat lucu, mana mungkin aku membiarkanmu menjadi pusat perhatian? Bahkan aku sendiri tidak rela, jika kamu dilihat oleh orang lain selain aku." Derios masih membawanya terbang tinggi di angkasa, rambut panjangnya melambai-lambai tertiup angin. Pria yang sudah menggendong tubuhnya sekarang terlihat sangat tampan dan menawan. "Apakah aku sudah gila? Bagaimana mungkin aku tertarik pada setan? walaupun wajahnya tampan status dirinya tidak akan pernah berubah sekali setan tapi tetap saja setan!" Gerutunya kembali, merasa kesal sekali. Pria itu melihat perubahan wajahnya begitu cepat, "Aku jadi ragu, apa dia benar wanita reinkarnasi dari Veronica? Kenapa dia terlahir kembali menjadi gadis bodoh dan juga plin plan!" "Wah kamu berani menghinaku dengan terang-terangan sekarang!? Duaakk!" Karena marah Sandira memukul kepalanya dengan kepalan tangan kanannya. Karena pukulan tangan sendiri kehilangan keseimbangan dan hampir membuat mereka berdua menukik jatuh. "Kamu bisa nyetir nggak sih!?" Lontarya lagi dengan nada pedas pada Derios. "Apa kamu pikir aku ini mobil? Sembarangan bicara! Makanya jangan gerak-gerak terus, kalau jatuh baru tau rasa!" Baru kali itu Sandira melihat wajah kesalnya. Awalnya dia pikir Derios tidak akan pernah marah padanya. Atau membentaknya, "Ternyata sikapmu tidak jauh dari manusia." Ucapnya dengan nada datar. Tak lama kemudian mereka sampai di depan rumah Sandira. Derios menurunkan tubuhnya tepat di depan rumah megah miliknya. "Kamu mau ke mana?" Tanyanya ketika pria itu berbalik dan pergi melangkah meninggalkan dirinya. Sepertinya dia ingin pergi dari sana tanpa berpamitan padanya. Dan benar, dia tidak berbalik menatapnya atau berpamitan dengannya. "Ya sudah sana pergi saja jangan kembali lagi!" Teriak Sandira kencang sekali lalu masuk ke dalam rumahnya. "Setelah dia menggunakan tubuhku aku pikir hari ini tidak akan terjadi! ternyata dia tetap pergi meninggalkanku! Awalnya aku berpikir dia adalah orang yang setia tapi ternyata sama saja dengan manusia. Dia bisa marah bosan benci dan pergi." Gumamnya sambil meniti tangga menuju ke lantai atas masuk ke dalam kamarnya. "Kenapa kamu terus membicarakanku tanpa henti! kamu membuat kepalaku pusing!" Derios tersenyum menatapnya dari lantai atas pria itu sedang membawa cangkir di tangan kirinya berisi cairan hitam beraroma kopi. Penampilannya sudah berubah seperti manusia pada umumnya. Sebetulnya pria itu tadi mendengar suara sayup-sayup masuk ke dalam lubang telinganya ketika dia sedang dalam perjalanan menuju kastil megahnya. Dan ketika mendengar suara gadis itu mulai putus asa. Derios segera memutar balik arah tujuannya, kembali ke rumah Sandira, dia tidak ingin melihatnya sedih atau menangis. "Astaga! Aku pikir kamu tadi sudah pergi! Kenapa sekarang tiba-tiba berada di sini?" Sandira memegangi dadanya karena terkejut dan melanjutkan langkahnya naik ke lantai atas. Gadis itu segera menyelinap masuk ke dalam kamarnya. Dan satu detik kemudian Derios sudah berdiri memeluknya, pria itu menyibak rambut Sandira ke samping. Kemudian menciumi lehernya. "Akkkhhh, jangan sekarang, aku lapar sekali." Ujarnya tiba-tiba. Dengan satu jentikan jari tiba-tiba muncul makanan di atas meja besar di tengah ruangan kamarnya. Di sisi lain... Di kastil miliknya, para pejabat kerajaan kebingungan karena meja makan di depan mereka lenyap tiba-tiba, saat mereka ingin menyendok makanan di atas piringnya. "Derioooossss!" Teriak salah satu vampir karena merasa sangat kesal sekali. Hingga dia menjadi pusat perhatian seluruh vampir yang ikut serta menikmati makanan tersebut. Derios bisa mendengar suara teriakannya, pria itu mengaduk lubang telinganya berkali-kali, karena tidak tahan dengan suara bising para penghuni kastil. "Jangan menundanya lagi.." Derios kembali menciumi lehernya, pria itu sudah tidak dapat menahan hasratnya untuk tidak menjamah tubuh Sandira. "Hhmmmmh..ahhh, ahhh," Jemarinya sudah berada di balik gaun tipisnya, meremas lembut bola kenyal yang sudah membukit mencuat kencang hampir tumpah ke luar dari bra miliknya. Derios tidak sabar, pria itu segera menarik tali gaunnya hingga jatuh ke lantai kemudian menghisap ujung bola kenyal milik Sandira. Sandira mengerjapkan matanya, sambil menggigit bibir bawahnya merasakan sentuhan lidah Derios yang begitu lembut bermain di atas dadanya. Sandira meremas-remas kepala pria itu, menekannya lagi ke dalam dadanya. Derios menarik tali g-string milik Sandira. Melemparkan ke lantai. Kini tubuh mulus itu sudah tidak terbalut kain sama sekali. Sandira masih bersandar di depan pintu lemari, gadis itu mendongak ke atas merasakan pagutan lembut pada bola kenyal dadanya. Dia begitu menikmatinya, "Ahhhh, mhh, ahhhhh.."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN