Ruben kembali ke ballroom dengan perasaan kesal. Hanya saja, ia sebisa mungkin tidak menunjukkannya terlebih di hadapan kenalan-kenalannya yang tak jarang menyapa dan terlibat obrolan-obrolan ringan dengannya. “Mana Naily?” tanya Nindia saat suaminya baru saja menghampirinya. “Mungkin masih di sana.” “Papa terlihat marah. Apa pembicaraan kalian tidak berlangsung menyenangkan?” tebak Nindia. “Apa terlalu kentara?” Nindia mengangguk. “Padahal sudah menyembunyikannya semaksimal mungkin, tapi ternyata raut wajah tidak bisa bohong,” jawab Ruben. “Bagaimana kalau kita pulang sekarang? Rasanya kehadiran kita di sini sudah cukup.” “Ada masalah?” tanya Nindia. “Sejak awal mama sudah menduganya pasti begini, tapi ada masalah apa?” “Perempuan sialan itu ternyata sangat lancang. Berani-beranin

