Bab 6 - Haruskah Menggoda Lebih dulu?

1472 Kata
"Gavin Romario Dinata yang merupakan putra tunggal Bos Grup Silver resmi tunangan dengan Fiona Erisandi, yang juga putri tunggal pemilik Erisandi Grup. Pada dasarnya para konglomerat ini memang akan menikahi konglomerat juga. Harus sepadan. Bukankah siklusnya begitu, benar?” Seorang pembawa acara tengah berbincang-bincang dengan rekan pembawa acara yang lain pada acara talkshow. “Ya, memang kebanyakan begitu. Pria konglomerat menikahi gadis miskin biasanya hanya di novel fiksi,” balas pembawa acara yang lain. “Cuma menariknya Gavin dan Fiona ini sama-sama anak tunggal. Kebayang dong harta warisan mereka kalau digabungkan?” kekehnya. “Hush, baru tunangan. Udah jauh banget bahas warisan. Ya meskipun tanggal pernikahannya sebentar lagi, sih," ucapnya. "Memang ya ... ngitung duit yang nggak bisa dijangkau, tuh, paling seru.” Semuanya tertawa. "Eh, tapi para anak konglomerat ini biasanya pacaran sendiri atau dijodohkan, sih?” “Aku rasa, sih, ada yang dijodohkan ada yang nggak alias tergantung orangnya. Kalaupun nggak dijodohkan, menurut aku nggak heran kalau sesama anak konglomerat menikah, secara lingkaran relasi mereka pasti para konglomerat juga.” “Kalau Gavin sama Fiona, menurut kamu dijodohkan atau pacaran sendiri?” “Enggak tahu pasti, sih. Tapi yang aku dengar mereka itu pernah pacaran pas masih SMA dulu.” “Wah, jadi ceritanya CLBK, nih?” “Ya katanya, sih, begitu. Meskipun aku nggak tahu dulu alasan mereka putus itu apa, cuma yang pasti mereka pernah pacaran. Coba mereka suruh klarifikasi aja, gimana? Atau kalau bisa undang ke sini sekalian.” “Wah sangat ditunggu kalau mereka bersedia ke sini. Bisa jadi acara ini rating dan share-nya semakin tinggi." "Hubungan para anak konglomerat tenyata se-menarik ini. Dan kamu tahu….” Gavin merebut ponsel Naily sehingga wanita itu tidak bisa melanjutkan tontonannya di Youtube. Tontonan yang sebetulnya tayang di TV, tapi diunggah juga di Youtube. “Kamu sekurang kerjaan itu nonton beginian? Mau aku kasih kerjaan yang banyak?” tanya Gavin sambil menekan home pada layar ponsel asistennya itu. “Masa sama pacar sendiri mau ngasih banyak kerjaan, sih, Bos?” “Pacar kamu bilang? Bisa-bisanya bilang begitu pas mau dikasih kerjaan. Kemarin-kemarin ke mana aja?” “Bos lupa? Aku selalu mendampingi Bos ke mana pun. Dari pre-wedding yang gagal karena Bos harus ke luar negeri … aku ikut. Lalu pre-wedding beneran, aku ikut juga. Bahkan acara tunangan super mewah Bos dengan Bu Fiona pun aku ikutan repot. Belum lagi harus mengasah kemampuan akting di hadapan Bu Fiona dan Pak Deni. Kerjaanku udah berat banget, please." Gavin terkekeh. "Bawel. Ayo makan sekarang." "Hah? Kenapa tiba-tiba makan, Bos?" "Aku lapar. Lagian kamu juga pasti lapar." "Siap Bos, kalau gitu aku mau reservasi di tempat favorit Bos." "Oke, kalau gitu kita berangkat ke sana sekarang," ajak Gavin. "Kamu memang cekatan dan paling hafal apa yang aku mau tanpa aku harus repot-repot nyuruh kamu melakukan reservasi." *** Saat ini Gavin dan Naily sedang dalam perjalanan menuju restoran tempat mereka biasa makan siang. Lebih tepatnya tempat favorit Gavin. "Bos," panggil Naily pada Gavin yang sedang fokus menyetir. Tentu biasanya Naily yang mengemudikan mobil, tapi hari ini pria itu memutuskan ingin menyetir sendiri. Naily awalnya pun sampai terheran-heran. "Hmm?" balas Gavin seraya fokus menyetir. "Para mantan pacar, termasuk perempuan-perempuan yang pernah Bos kencani atau menjadi selingkuhan Bos ... mereka berbondong-bondong muncul ke publik sehingga menghebohkan pemberitaan. Mereka semua sepertinya ingin memberi tahu seluruh dunia kalau mereka pernah memiliki hubungan spesial dengan Bos," jelas Naily sambil menatap layar ponselnya. "Aku nggak peduli, terlebih mereka tidak punya bukti. Jadi biarkan aja, aku tidak perlu memberikan klarifikasi apa-apa. Biarkan publik menilai sendiri dan menganggap mereka hanya ingin tenar dengan cara instan." "Bos...." "Apa lagi, sih, Ly?" "Kira-kira kenapa Pak Deni ingin cerai sama istrinya? Padahal menurutku Evrina Citra itu cantik loh. Bukannya apa-apa, aku cuma penasaran aja." "Kamu pikir cantik aja cukup? Cinta yang lebih utama. Menurutku Deni lebih mencintai Fiona. Jujur ya, kalau bicara soal cantik ... sebetulnya Fiona jauh lebih cantik memesona dibandingkan istri Deni. Bahkan, status sosial Fiona jauh lebih tinggi. Fiona anak konglomerat sedangkan Evrina hanya anak dari orang biasa," jelas Gavin. "Satu-satunya hal yang bisa dibanggakan oleh Evrina adalah novelnya yang selalu best seller, ditambah lagi dia memegang sinetron yang sering trending dengan rating menggila sekaligus favorit ibu-ibu. Sisanya? Dia bukan siapa-siapa. Dari segi penampilan pun Evrina kalah jauh," sambung pria itu. "Entah Bos lagi merendahkan Evrina atau sengaja meninggikan Bu Fiona ... yang pasti kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Bos barusan itu terdengar sangat jahat. Sayangnya aku harus mengakui kalau Bos tidak sepenuhnya salah. Meski menurutku Pak Deni tidak mungkin nikah sama Evrina kalau awalnya tidak cinta, aku benar?" "Ly, jangan lupa ... aku sebentar lagi menikah dengan Fiona meskipun tanpa cinta. Saling mencintai itu bukan syarat untuk menikah. Siapa pun bisa menikah kalau mau, tanpa peduli ada tujuan khusus di dalamnya. Tanpa cinta pun sangat bisa." "Oke, oke," balas Naily. Berdebat dengan Gavin memang percuma. Hanya akan membuang-buang energi berharganya. "Ly, andai bukan dengan Fiona, aku sejujurnya mending nikahin kamu." Apa? Naily tidak salah dengar? "Sejak kapan Bos jadi kaum mendang-mending? Lagian jangan aneh-aneh deh kalau bercanda." "Aku serius, sejauh ini hanya kamu yang paling sabar menghadapi aku," balas Gavin. "Aku memang tukang selingkuh, tapi itu hanya untuk hiburan. Kalau aku ingin menjalin hubungan yang serius ... aku jelas pilih kamu dibandingkan perempuan lain." "Itu kalimat paling absurd yang pernah aku dengar langsung dari Bos," kekeh Naily. "Sori nih, meskipun aku tahu Bos cuma bercanda...." "Aku serius," potong Gavin. "Oke, oke ... mari anggap kalau Bos memang serius. Tapi masalahnya, aku tidak mau jadi babu untuk suamiku sendiri. Aku hanya ingin menikah dengan laki-laki yang akan menjadikanku ratu dan aku pastikan bukan Bos orangnya." Gavin tertawa. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu, Bos?" "Kamu yang lucu." Gavin tertawa lagi. "Pokoknya apa pun yang kamu katakan tidak akan mengubah apa yang aku mau. Aku tetap lebih memilih memiliki istri sepertimu dibandingkan perempuan lain kalau seandainya ingin menjalani rumah tangga yang sungguhan." "Pasti karena aku udah hafal segala macam yang Bos butuhkan, makanya Bos bicara begitu." "Itu tahu," balas Gavin. "Salah satunya memang itu." "Kalau gitu Bos nggak butuh istri, cukup asisten aja." "Kalau asisten tidak bisa berciuman dan berlanjut ke tempat tidur." Tentu saja mata Naily membelalak. "Dasar omes." "Kenyataannya kamu bukan tipe yang bisa diajak seperti itu, sih." "Astaga," ujar Naily. "Aku sekarang baru tahu ternyata terlahir dari keluarga biasa-biasa aja itu ada hikmahnya juga bagiku. Aku yang tidak punya apa-apa ini, jadi tidak bisa menjadi istri Bos, karena aku jelas mustahil bisa menyelamatkan Dinata Express sehingga harta warisan Bos pun akan ikut terancam. Beda jauh sama Bu Fiona yang mampu menyelamatkan dua-duanya sekaligus. Perusahaan dan harta warisan." "Kamu minder?" "Minder Bos bilang? Aku cuma bicara soal kenyataan yang aku syukuri." "Padahal aku serius loh, kalau dibandingkan perempuan lain yang pernah dekat denganku ... aku lebih memilih Naily Swastika Maharani untuk diajak menjalani rumah tangga yang sebenarnya. Dan jangan bawa-bawa Fiona karena pernikahanku dengannya hanya sebatas bisnis." "Aku juga serius, Bos. Aku bersyukur terlahir dari keluarga biasa-biasa aja. Jadi, kemungkinan untuk memiliki suami seperti Bos itu ... sama sekali tidak ada." "Ly, kenapa kamu malah bikin aku gemas, sih?" "Gemas? Dasar Bos aneh!" Selama beberapa saat tidak ada lagi pembicaraan antara mereka. Gavin sibuk menyetir dan Naily sibuk dengan pikirannya sendiri. Selama hampir setahun Naily menjadi asisten Gavin, jujur saja baru kali ini Gavin bersikap begini. Naily sampai mengira Gavin kerasukan. Atau jangan-jangan Gavin mulai kehilangan akal sehat karena stres memikirkan pernikahan kontraknya yang akan dilangsungkan lima hari lagi? Tak lama kemudian, mobil yang Gavin kemudikan sudah mulai memasuki sebuah restoran yang mereka tuju. Gavin memarkirkan mobilnya di tempat khusus bagi tamu VIP. Setelah mobil sepenuhnya berhenti, Naily bersiap membuka sabuk pengamannya. Namun, rupanya Gavin yang telah lebih dulu membuka sabuk pengaman yang dipakainya, langsung membuka sabuk pengaman yang dipakai Naily juga. "Bos ngapain?" Tentu saja Naily terkejut dengan yang Gavin lakukan. "Kelihatannya?" balas Gavin setelah selesai membuka sabuk pengaman Naily. "Aku yakin ada yang tidak beres sama Bos. Sepulang dari sini, mau aku antar ke dokter?" tanya Naily kemudian. Namun, Gavin hanya senyam-senyum sambil menatap wanita itu. "Bos, sadarlah. Pernikahan Bos sama Bu Fiona itu sebentar lagi. Jangan jadi gila dulu, please." "Ly, kamu tahu perbedaan kamu dengan perempuan lain? Maksudnya perempuan-perempuan yang pernah kencan denganku atau yang biasa kamu sebut sebagai selingkuhanku?" "Aku tidak tahu dan tidak mau tahu." "Bedanya kamu tidak pernah menggodaku, Ly." "Aku tidak mau tahu, Bos," ulang Naily. "Aku jadi ingin digoda sama kamu," ujar Gavin tanpa memedulikan Naily yang berkata tak mau tahu. "Aku yakin seratus persen. Bos wajib dibawa ke rumah sakit jiwa!" "Kalau kamu menolak untuk menggodaku, haruskah aku yang menggodamu lebih dulu?" Naily rasa ada yang tidak beres dengan otak Gavin. Namun, tak bisa dimungkiri saat ini jantung wanita itu sedang berdetak tak wajar. Berdetak sangat cepat. "What's wrong with my Bos?" batin Naily.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN