“Ya sudah yang sabar, semoga nanti dapat rejeki lain. Ya?” tutur bibi Fia, Merlian yang berada di dapur sedang mengambil s**u rasa kelapa di kulkas itu menoleh ke arahnya. Mungkin Bibi Fia tak melihat ada orang lain di dapur selain dirinya yang masih bertelepon. Bibi Fia menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan. Seolah mengusir beban berat yang menimpa tubuhnya. “Kenapa Bi? Berat bangat kayaknya?” tanya Merlian. “Lho Bu Merlian, ngapain jongkok di bawah? Bangun Bu,” tutur bibi Fia. Merlian mengulurkan tangannya. “Enggak bisa bangun. Tolong,” ujarnya membuat bibi Fia geleng-geleng kepala. Mengapa pula dia jongkok tadi? Sudah tahu perutnya besar. Bibi Fia membantu Merlian berdiri. Tangan satunya masih memegang s**u kotak rasa kelapa itu dengan wajah cengengesan. Merlian meny