“Bukannya sudah ada Merlian, Pa? Biar aku mengelola cafe saja,” ucap Gustave tak enak hati. “Bagaimana bisa mengelola cafe yang pengunjungnya tak sampai sepuluh orang dalam satu hari?” cibir Adi. “Lho, papa merhatiin juga?” tanya Merlian. Adi berdehem karena ketahuan selama ini memperhatikan perkembangan Gustave. “Aku enggak cocok di kuliner sepertinya,” kekeh Gustave dengan sedikit rasa bersalah. “Promosi kamu kurang, bagaimana sih? Kopinya enak padahal,” seloroh Adi. Nike dan Merlian saling tatap dan tersenyum. Love hate relationship sepertinya terjalin pada hubungan ayah dan anak ini. “Iya ya, habis pikiran aku masih kalut, mikirin istriku terus,” tutur Gustave membuat pipi Merlian memerah. Adi hanya mendengus. “PT Shawoll biar Merlian yang urus, kamu urus perusahaan papa,”