“sayang, kau kenapa?” Sekembalinya Joana dari ruang makan, Joana terlihat sangat murung. “Apa aku sudah keterlaluan Hans? Aku bahkan sudah membuat seorang anak kecil yang begitu ceria, kini terlihat sangat murung. Dia menaruh harapan padaku, akupun tidak bisa menolaknya. Tapi hatiku merasa kalau aku bukanlah seorang calon ibu yang baik untuknya” Joana berdiri di depan jendela dengan pandangan mata yang menerawang jauh bagaimana perasaan putrinya saat ini. “Kamu tidaklah keterlaluan Ana, kamu hanya mengikuti apa kata hatimu. Kau jangan sedih, aku tidak rela jika ada air mata yang membasahi pipimu ini. Kamu tidak diizinkan menangis sayang” Hans memeluk Joana dari belakang dan membenamkan wajahnya di leher jenjang Joana. “Entahlah, hatiku tidak rela melihat putriku sedih” “Apa kamu menyes