Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang. Rekan-rekan kerjanya telah berhamburan menyerbu kantin kantor, demi meredakan kemarahan cacing-cacing yang berdemo di perut mereka. Namun Ory tidak bergerak dari mejanya. Dirinya tidak merasa lapar sama sekali. Apalagi ditambah Dewa yang semalaman tidak pulang, makin menhilangkan nafsu makannya. Semalaman benaknya terus saja berpikir untuk segera mengambil keputusan tentang masa depannya. Sebenarnya ia merasa miris sekali. Jujur ia mengasihani nasibnya sendiri. Hidup sebagai anak yatim piatu dengan saudara jauh yang bisa dihitung dengan jari sungguh menyedihkan. Dan dia juga sadar kalau mereka yang ia sebut saudara itu hanya mendekatinya apabila mereka ada maunya saja. Mempunyai seorang ibu tiri juga manipulatifnya luar biasa sifatnya. Dit