Grace melepas rangkulannya, lalu tertawa kecil. "Lucu deh. Pas malam pertama itu, aku bilang ke dia, Nev, aku kok nggak berdarah ya kayak orang-orang gitu. Trus dia dengan muka datarnya nanya gini ke aku, trus kenapa? Aku balik nanya kamu kecewa nggak? Dia nanya balik, kenapa harus kecewa. Kamu emang pernah? Sama Bagas? nanyanya lempeng lagi." "Ya ampun segitunya Nevan, Grace," gelak Maureen. Hera juga tertawa kecil mendengar cerita Grace. "Iya, Rin. Tentu aku jawab nggak dong. Trus dia dengan santainya bilang ya udah nggak papa." Grace menghela napas lega. "Ternyata dia tuh bukan tipe laki-laki yang semacam pengagum keperawanan. Bagi dia kenyamanan paling penting. Yah, dia sadar sih kalo prinsipnya dia tuh dibilang bulshitlah atau apalah. Tapi dia kek nggak peduli gitu. Sampe dia bil