"Hm...." Tata menelan ludahnya kelu. Dia memiliki pengalaman yang kurang mengenakkan karena keperawanannya pertama kali direnggut orang yang salah. Dia tatap wajah Hera dengan senyum kecutnya, memberi isyarat bahwa dia tidak ingin bercerita. "Ma. Maaf." Hera tersadar. Dia mengerti apa yang mamanya pikirkan. "Sakit, Hera," ucap Tata dengan nada yang sangat berat. "Kamu tau rasanya. Seperti ada sesuatu yang sangat besar menekan tubuhmu kuat-kuat." Tata mengatur emosinya, mengingat peristiwa puluhan tahun silam yang sangat menyakitkan. Meninggalkan trauma yang cukup dalam sehingga dia memutuskan untuk tidak menjalin kasih dengan pria. Hera peluk mamanya. "Apa yang akan kamu rasakan ketika kepunyaanmu yang sangat berharga direnggut secara paksa?" lirih Tata bertanya. Tidak ingin menan